Buku ini berkisah tentang perjuangan seorang pria miskin (Han Hee-Seok) yang berhasil mengantarkan anaknya meraih peringkat satu dan menembus impian untuk lolos ke universitas idaman nya. Meskipun kesulitan menerpa dari segala sisi, Han Hee-Seok sama sekali tak mau mewariskan kemiskinan itu pada anak-anaknya.
Tidak sepenuhnya sepikiran. Tapi ada beberapa hal yang benar-benar menggugah dan menjadi catatan penting yang saya ambil dari buku ini.
Pertama. Bagaimana Han Hee-Seok berhasil membangkitkan kepercayaan diri anaknya berkali-kali. Padahal di saat yang sama pun Han sedang terpukul dengan kegagalan nya (berkali-kali juga).
Kedua. Betapa pentingnya peran keluarga dalam hidup seseorang, bisa menjadikan seseorang baik, atau bahkan buruk sekali. Coba baca ucapan istri Han berikut ini :
"Kaulah yang terbaik. Suatu saat nanti kau pasti akan jadi yang terbaik. Jangan khawatir dan tunjukkan keberanian mu."
Padahal saat itu Han dalam kondisi berulang kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tapi istri Han tetap optimis dan menyemangati suami nya.
Ketiga. Cara Han dalam membantu anaknya belajar. Asli deh unik-unik dan tidak biasa :) Biasa kan orangtua cuma ngingetin belajar, atau bantuin ngerjain soal. Nah disini Han ga ngajarin langsung, "ngajarin" dengan cara lain, Han bener2 terjun langsung dan menjiwai perannya sebagai "Ayah pendamping belajar".
Dari mewawancarai mahasiswa2 dan tetangganya untuk mencari tips2 belajar, keliling perpustakaan Seoul setiap hari demi minjemin anaknya buku2 (ga ada duit buat beli buku), rela duduk dibelakang bus demi menguping percakapan anak2 ABG pulang sekolah demi lebih menjiwai dunia anak2nya, hingga membuat kliping setiap pagi dan di taro di wc agar anak2nya bisa baca.
Keempat. Visioner. Bayangkan, saat anaknya yang pertama (Geoul) masih kelas 3 SMP, Han sebagai orangtua malah sudah mengikuti seminar penerimaan mahasiswa baru universitas (berkali-kali). Sehingga ia punya gambaran perencanaan langkah2nya ke depan sebagai Ayah yang ingin membantu anak2nya mencapai cita2. Dan ini nular ke anak2nya. Saat Geoul SMA ia sudah punya gambaran perencanaan hidup lengkap ke atas. Ayah nya memang ga ngajar rumus2 atau bantuin dia ngerjain soal. Tapi langkah2 visioner Ayahnya bener2 bikin kemajuan pesat dalam hidup nya, biar pun ditengah lilitan kemiskinan.
Kelima. Cara Han berkomunikasi dengan anaknya. Sekali pun saat Han lagi2 tertimpa masalah -_- ia tetap bisa mengatur tempo emosi jiwa nya.
Dan salah satu yang paling saya suka adalah cara Han menuturkan kisahnya di buku ini, apa adanya, sebagai Ayah, juga sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan.
Untuk menambah wawasan dunia parenting, this is a recommended-book.