Review : Philips Avent Comfort Single Electric Natural Breastpump



Hampir mendekati akhir tahun dan alhamdulillah hampir mendekati 5 bulan juga memberi ASI eksklusif untuk Areen  perjalanan menyusui pun masih panjang. Untuk pumping ASI masih ditemani sama sahabat setia Philips Avent Comfort Single Electric Natural Breastpump.


Kenapa saya milih Avent? 
Perjalanan milih pompa asi ini lumayan makan kuota, karena harus bolak balik nanya bang google referensi yang dia punya, udah pasti juga keluar masuk ke blog-blog para ibu yang sudah duluan berkecimpung di dunia per-ASIP-an. Hampir semua review tentang Avent Single Electric ini bagus-bagus, kayanya belum nemu review-an yang ngga bagus. Berdasarkan review-review tersebut dan pertimbangan lainnya akhirnya mantap untuk milih Avent Single Electric. 

Kenalan dulu ya.
Avent Single Electric ini salah satu pompa asi keluaran brand Philips. Mesinnya memiliki gentle mode stimulation (mode isapan2 kecil untuk merangsang LDR) dan ada 3 pumping setting (level sedotannya), makin ke atas levelnya makin kuat sedotannya. Selain itu corongnya didesign untuk comfortable sitting position, which means agar ibu ketika memompa posisinya nyaman, ngga mbungkuk. Karena corongnya punya soft cushion bikin PD nyaman dan kaya dipijet2 gitu saat mompa. Dan sudah closed system, yang artinya ASI tidak akan masuk ke mesin pompanya.

*temen begadang di awal-awal cuti

Kelebihan Avent Single Electric (IMHO)
1. Gampang dioperasikan, penggunaan mesin user friendly, ngga bikin bingung waktu nyoba pertama kali.
2. Printilan sedikit
3. Gampang dirakit
4. Bisa LDR sampe 2x pake pompa ini
5. Sedotannya ngga bikin sakit PD, bahkan pake sedotan yang level ke 3 aja tetep ngga sakit. Aku sering pake yang level ke 2.
6. Part-part nya gampang dicuci.
7. Bisa di switch jadi manual, tinggal beli diafragma dan tuas manualnya.
8. Mesinnya ringan, ngga segede bayangan sebelumnya.
9. Karena bentuk corongnya yang well designed for comfortable sitting position, dan memang bener pake pompa ini ngga mesti bungkuk pegel, waktu pumping-on-go di mobil juga jadi nyaman.

Kekurangan Avent Single Electric (IMHO)
1. Suara mesinnya ngga yang brisik banget, tapi ya termasuk kategori brisik.
2. Compatible dengan botol Avent aja, syukur aja bocahnya doyan pake nipple Avent.

*di switch jadi manual
Kalo ngomongin harga, seperti semboyan online shop sejagad maya katakan, ada harga ada rupa, jadi aku ngga masukin ke list kekurangannya, harganya sesuai dengan kualitasnya. Menurutku lagi ini investASI yang menguntungkan. Dan kalo dibandingkan dengan merk lain yang udah aku oprek-oprek second-annya di instagram, kalo dijual lagi merk Avent ini cenderung ngga terjun bebas harganya. So, it's worth to buy and more cost effective.

5 Barang Wajib yang Selalu Ada di Tas

Postingan super telat #BPN30DaysChallenge, tapi ngga diposting juga sayang kalo cuma duduk manis di draft blog.

5 Barang Wajib yang Selalu Ada di Tas ku tergantung momennya. Jaman sebelum anak ketiga lahir bawaan ke kantor yang wajib cuma dompet, kotak bekal, payung, dan tissue. Botol minuman khusus ngantor ditinggal di kantor. Kalo jalan-jalan beda lagi, isi tas cuma dompet, mukena, botol minum, dan tissue.

Setelah anak ketiga lahir, barang bawaan makin nambah banyak. Tas juga udah tuker yang ada cooler bag nya, karena kudu pumping di kantor.

Tas ke Kantor

Untuk ke kantor aku pake Tas Ransel dari Gabag Backpack Series Radja Ramada. Karena kadang aku perginya pake motor atau angkot. LebYang wajib dibawa : Pompa Asi, Kantong Asi, Ice Gel, Dompet, dan Kotak Bekal.

Tas Jalan-Jalan

Untuk tas jalan-jalan aku pake Shoulder Bag dari Gabag Executive Series Tristan. Jalan-jalan lebih banyak lagi printilan yang kubawa, tapi yang wajib : popok, baju ganti, tissue basah, tissue kering, dan pompa asi. Karena walaupun lagi jalan-jalan kalo PD udah penuh aku tetep mompa, ngga jarang pumping-on-the-go di mobil.