Showing posts with label Sharing Corner. Show all posts
Showing posts with label Sharing Corner. Show all posts

Reply 1988 : Dialog Realita dan Romantika

Kalau The Lord of The Rings adalah satu-satunya Film yang saya tonton berulang kali, tapi kalo untuk Drama, titel tersebut jatuh pada Drama berjudul Reply 1988 (2015). Reply 1988 adalah Drama Korea bertema keluarga yang mengisahkan kehidupan lima keluarga bertetangga di lingkungan Ssangmun-dong, Seoul, dengan berlatar tahun 1988. Drama ini berfokus pada persahabatan erat antara lima orang sahabat yang terdiri dari Sung Deok Sun, Choi Taek, Kim Jung Hwan, Sung Sun Woo, dan Ryu Dong Ryong. 

Yang membuat saya sangat suka dengan drama ini karena ceritanya yang relatable, ngga berat, tapi punya emotional impact. Drama ini berhasil menyajikan cerita dengan permasalahan-permasalahan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pun setiap karakter diperankan dengan sangat kuat oleh masing-masing pemerannya. Alasan lainnya, karena nuansa 80’an dan 90’an nya yang saya sukai, sederhana dan hangat. I love that kind of vibes.

Kalo memorable scenes banyak, tapi ada satu scene di episode 10 yang kayanya lumayan relate dengan topik obrolan saya dengan pak suami akhir-akhir ini : keuangan dan masa depan anak 😅 But later ya, saya mau cerita-cerita dramanya dulu.

Jadi back to the scene, ceritanya di scene ini Dong Ryong kabur dari rumah karena merasa ngga diperhatikan sama orangtuanya (Bapaknya Guru, Ibunya Pegawai Asuransi). Singkat cerita, Dong Ryong kemudian dijemput pake mobil oleh sahabat-sahabatnya dan yang nyupirin Kakak perempuan Deok Sun yang galak banget tapi baik hati, namanya Sung Bora. 

Ketika sudah sampai di rumah, si Dong Ryong ngga mau turun-turun dari mobil karena takut kena marah orangtuanya. Akhirnya Bora yang udah suntuk banget sambil kesel nasehatin si Dong Ryong untuk melihat dirinya sendiri. Bagaimana dia masih beruntung dibanding sahabatnya yang lain (yang emang susah banget), karena masih bisa makan enak, punya sepatu dan baju bagus, duit ngga susah minta, dan punya kamar sendiri. Bora bilang, 

"Anak yang sudah seusiamu itu lebih enak punya orangtua berduit

ketimbang orang tua yang ada disisimu."

Dilain pihak, kondisi Dong Ryong pada saat itu memang sedang berada pada fase paling rendah, dimana dia merasa tidak diperhatikan karena jarang ketemu dengan orang tuanya yang sibuk bekerja. Dan pada satu titik, waktu itu adalah momen ulang tahunnya, kedua orangtuanya lupa, makin-makin dia merasa sendiri dan ngga diperhatikan lalu memutuskan untuk kabur dari rumah.

Sementara di sisi Bora sendiri, kenapa dia sampai bisa ngomong kaya gitu, karena dia membandingkan dengan kondisi hidupnya sendiri. Bora tahu rasanya hidup kekurangan. Bora dan Saudarinya Deok Sun harus rela berbagi kamar, berbagi makanan, pakai pakaian lungsuran, bahkan tinggal di basement sempit rumah orang, berlima bersama Ayah, Ibu, dan Adik laki-laki mereka No Eul. Ayahnya ditipu sehingga Ibunya yang seorang Ibu Rumah Tangga harus pintar-pintar membagi gaji Ayahnya yang juga sudah dipotong utang.

Belum lagi pada masa itu (era 1980an), baik secara ekonomi, sosial dan politik, kondisi Korea Selatan sedang tidak stabil. Korea Selatan sedang mengalami masa transisi menuju sistem demokrasi. Salah satu momentum penting yang terjadi pada masa itu adalah Olimpiade Seoul 1988. Meskipun Korea Selatan sedang bersiap menunjukkan wajah modernnya kepada dunia, gejolak di dalam negeri belum mereda. Demonstrasi demi demonstrasi terus terjadi sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan dan tuntutan reformasi. Kondisi sosial-politik tersebut turut diangkat dalam drama ini. Mungkin ada 2 atau 3 scenes yang menampilkan suasana demonstrasi menjelang pelaksanaan Olimpiade Seoul 1988, dimana scenes ini sedikit memberi gambaran mengenai ketegangan sosial yang mewarnai kehidupan masyarakat Korea pada masa itu.

Jadi walaupun drama ini temanya adalah keluarga dan persahabatan, tapi didalamnya juga terdapat unsur sejarah dengan menampilkan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa pada tahun 1988. Karakter Bora sendiri digambarkan sebagai seorang aktivis yang menjadi representasi dari semangat perlawanan pada masa itu. 

Dari sebatas scene ini mungkin kita akan menilai permasalahan Dong Ryong sebenarnya tidak seberapa dibanding masalah Bora, Deok Sun, ataupun Sun Woo. Namun scene ini menunjukkan bahwa titik krisis orang itu berbeda-beda, ternyata setiap orang membawa lukanya masing-masing. Dong Ryong yang merasa diabaikan atau Bora yang hidup dalam keterbatasan. Keduanya terluka, tapi dari sudut yang berbeda. Ini mengingatkan kita bahwa setiap orang punya perjuangannya masing-masing yang ngga selalu bisa kita lihat dari luar.

Dong Ryong tidak kekurangan secara materi, tapi ia merasa kosong karena orang tuanya nyaris tak pernah hadir secara emosional. Menjadi reminder buat saya sebagai orangtua, bahwa kehadiran itu ngga kalah penting dari sekedar "mencukupi". Orangtua nggak harus sempurna, tapi hadir itu penting, bahkan walaupun kehadiran itu hanya berwujud perhatian sederhana.

Scene ini juga ngingetin kita bahwa seringkali kita hanya melihat apa yang kurang, tanpa menyadari apa yang masih kita punya. Bora dengan tegas mengingatkan bahwa dibanding orang lain, Dong Ryong masih punya banyak hal yang layak disyukuri. Our Prophet Muhammad  reminded us :

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Itulah yang lebih pantas. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu.”

(HR. Muslim, no. 2963)

Menjadi orang tua adalah tentang hadir. Secara fisik dan emosional. Bukan dalam artian hadir secara fisik 24 jam ya. Anak ketika menginjak usia tertentu juga udah ngga bakal mau ditemenin orang tuanya kemana-mana. Mereka suatu saat juga akan punya dunia sendiri. Hadir juga saya artikan sebagai menjadi teladan.

Di sisi lain, pada realitanya, menjadi orangtua juga berhubungan dengan tanggung jawab finansial untuk memenuhi hak-hak anak, dari kebutuhan dasar, kesehatan, pendidikan bahkan hingga biaya pernikahan. Ini yang menjadi bahan diskusi saya dan suami belakangan ini. Suatu saat, entah kapan, saya bilang ke suami, kami harus mempertimbangkan suatu pilihan yang sulit, yaitu untuk kembali merantau dan meng-upgrade pendidikan. Karena resiko menetap adalah stagnansi skill dan finansial. Bukan soal ambisi, tapi karena ingin bertumbuh, demi anak-anak kami, dan demi menjaga agar kami tetap bisa memenuhi peran kami sebagai orang tua secara utuh, termasuk secara finansial.

Kondisi finansial yang stagnan tidak akan membawa kami jauh. Apalagi kami punya prinsip untuk sebisa mungkin menghindari utang dalam bentuk apa pun jika tidak ada kedaruratan. Hingga kini untuk setiap kebutuhan dengan nominal yang besar, kami memilih menabung terlebih dahulu, meski butuh waktu lebih lama. Namun, cara hidup seperti ini tentu menuntut stabilitas dan pertumbuhan finansial yang cukup, bukan yang jalan di tempat.

Saya ingin memastikan bahwa ketika anak-anak kami tumbuh besar nanti, mereka ngga memikul beban yang seharusnya menjadi tanggung jawab kami. Terutama anak sulung, yang sering kali tanpa sadar dihadapkan pada tanggung jawab yang bukan miliknya. Saya ngga ingin anak sulung kami kelak harus memikul biaya adik-adiknya karena kami alpa dan lalai dalam mengatur keuangan kami sendiri. Tanggung jawab itu seharusnya milik kami, bukan warisan yang dibebankan kepada mereka.

Karena buat saya, yang memutuskan memiliki anak adalah kami sendiri, yang pengen menambah anak juga kami sendiri. Maka sudah seharusnya kami bertanggung jawab atas pilihan-pilihan kami itu. Saya ngga ingin anak-anak saya nanti memikul sisa beban yang ngga mereka pilih. Saya ingin berjuang hari ini, agar mereka ngga harus menanggung "estafet beban" di kemudian hari.

Saya sadar banget kami berdua sebagai orangtua nggak bisa mempersiapkan segalanya dengan sempurna, mengingat seabrek kekurangan yang ada di diri kami. Jadi sebelum meminta anak-anak kami mandiri, terlebih dahulu kami harus berjuang dan bertanggung jawab dengan pilihan kami sendiri.

Pada akhirnya, menjadi orang tua adalah proses belajar yang panjang. Menjadi orangtua bukan tentang menjadi sempurna. Tapi tentang terus belajar, hadir, dan berusaha memenuhi tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

"Saat kakakmu lahir, kami khawatir bagaimana mengajarinya. Saat kau lahir, kami khawatir bagaimana membesarkanmu. Dan saat adikmu lahir, kami khawatir bagaimana menjadikannya orang baik. Para Ayah tidak secara otomatis menjadi Ayah saat anaknya lahir. Ini pertama kalinya aku menjadi Ayah, jadi... tolong beri kami kelonggaran."

(Sung Dong-Il, Reply 1988, episode 1) 


Seorang Teman Seperti Samwise Gamgee

Beberapa hari ini maraton nonton Trilogi The Lord of the Rings (The Fellowship of The Ring, The Two Towers, dan The Return of The King). Dari semua film yang pernah saya tonton, The Lord of the Rings adalah satu-satunya trilogi yang sering saya tonton ulang. Mungkin karena saya penggemar bukunya, juga penulisnya (J.R.R. Tolkien). Bayangkan saja, seseorang mampu menciptakan sebuah dunia baru yang kompleks lewat tulisan, bahkan sampai menciptakan beberapa bahasa. Fyi, Tolkien menciptakan kurang lebih 15 bahasa fiksi (bahasa elf, bahasa dwarves, bahasa orc, bahasa entish, bahasa mordor, bahasa mannish, dan bahasa valarin). It really blows my mind. Only a genius can do that.

Tapi bukan hanya karena itu. Saya juga terkesan oleh nilai-nilai yang dibungkus begitu indah dibalik petualangan para tokohnya. Film ini tidak hanya epik dari segi cerita dan visual, tapi juga menyentuh dari sisi emosional dan moral. Saya rasa karena buku ini ditulis Tolkien berdasarkan pengalamannya sendiri pada Perang Dunia I (1914). Konon, bahkan ada yang menganggap kisah di buku ini seperti kisah peperangan akhir zaman karena narasinya yang mirip.

Ada banyak memorable scenes dalam film ini, salah satunya adalah adegan peperangan antara Pasukan Gondor dan Pasukan Sauron di Kota Osgiliath (The Two Towers). Adegan yang tidak hanya menguras emosi, tetapi juga menyentuh nilai-nilai terdalam tentang harapan, persahabatan, dan perjuangan. Saat itu, Frodo nyaris tak sanggup melanjutkan perjalanan ke Mordor. Kekuatan jahat dari cincin Sauron yang ia bawa perlahan menggerogoti kewarasannya, membuat Frodo nyaris melakukan hal yang tak pernah ia bayangkan: Frodo hampir membunuh sahabatnya sendiri, Samwise Gamgee. Untungnya, Frodo tersadar sebelum semuanya terlambat. Namun hal itu membuatnya begitu terguncang dan putus asa. Dalam keterpurukannya, ia berkata dengan sedih, "Aku tak bisa melakukan ini, Sam."

Dan kemudian sambil menangis, Sam menjawab:

"Aku tahu. Semua ini salah. Seharusnya kita tak berada disini. Tapi kita disini."

Sam melanjutkan perkataannya lagi :

"Ini seperti dalam kisah-kisah hebat, Tuan Frodo. Kisah yang sungguh penting. Penuh dengan kegelapan dan bahaya. Terkadang kau tak ingin tau akhir ceritanya. Karena bagaimana mungkin akan berakhir bahagia? Bagaimana mungkin dunia akan kembali seperti sediakala saat banyak hal buruk terjadi. Tapi pada akhirnya, hal itu hanya sesuatu yang melintas, bayangan ini, bahkan kegelapan sekalipun pasti berlalu. Hari baru akan datang. Ketika mentari bersinar, cahayanya akan lebih terang. Kisah-kisah yang selalu kau ingat itulah yang memiliki hikmah. Meskipun kau terlalu kecil untuk memahami alasannya. Tapi kurasa Tuan Frodo, aku rasa aku paham. Kini aku tahu. Tokoh-tokoh dalam kisah itu punya banyak kesempatan untuk kembali, hanya saja mereka tidak melakukannya. Mereka terus maju, karena mereka meyakini sesuatu."

Didalam keputusasaannya Frodo bertanya pada Sam:

"Apa yang kita yakini, Sam?"

Dan Sam menjawab :

"Bahwa masih ada hal-hal baik di dunia ini, Tuan Frodo.

Dan hal itu layak diperjuangkan."

 

(Image source : quora.com)

Yang membuat adegan ini begitu kuat bukan saja karena kejujuran emosi yang dihadirkan, serta terlihatnya sisi yang sangat manusiawi (seperti keraguan, kelelahan, ketakutan, harapan), tapi adegan ini juga somehow relate dengan kondisi dunia kita sekarang. Betapa disisi lain dunia sudah kacau, sangat gelap, dan sangat kejam namun diisi oleh orang-orang yang tetap kokoh berjuang dalam keyakinannya. Dan disisi dunia yang lain, lebih-lebih kacaunya, hanya saja terisi oleh orang-orang yang terlena. Yang ngga sadar betapa dekatnya kehancuran di depan mata. Tapi kembali lagi, adegan ini memiliki poin penting yang mengingatkan kita bahwa di tengah semua kekacauan itu, masih ada hal-hal baik yang patut diperjuangkan. Masih ada kebaikan, meski kecil. Masih ada keberanian. Masih ada harapan.

Dalam hidup, sudah pasti kan ya ada beban yang harus kita pikul, entah itu luka masa lalu, kegagalan, tekanan hidup, atau situasi yang membuat kita merasa kecil dan ngga berdaya. Ada saat-saat dimana kita mau nyerah aja, hidup gagal banget, menyentuh fase terendah. Dan garis bawahi titik rendah tiap orang itu berbeda-beda, so let it be. Tapi di titik-titik terendah itu, kisah Sam menjadi penting. Kisah si Sam ini nunjukin bahwa kekuatan bukan cuma milik mereka yang terlihat hebat. Kadang, justru yang paling kuat adalah mereka yang diam-diam bertahan. Yang milih tetap percaya, yang tidak pernah pergi meskipun tidak diminta untuk tinggal. Mereka yang mungkin tak pernah disebut sebagai pahlawan, tapi tanpanya, cerita ngga akan pernah sampai di titik akhir.

Di perjalanan mereka selanjutnya menuju Mordor, Sam berjalan dibelakang Frodo sambil menceritakan tentang kehebatan Frodo dalam petualangan mereka ini, namun Frodo menoleh dan memandang Sam dengan sedih, kemudian berkata :

"Kau melewatkan salah satu tokoh utamanya. Samwise Sang Pemberani. Frodo tak akan pernah mencapai sejauh ini tanpa Sam."

Begitulah dalam perjalanan, kadang ngga selalu kita yang menjadi pahlawan utama. Terkadang, seperti Frodo, kita hanya bisa terus berjalan karena ada "Sam" di sisi kita, mereka yang diam-diam menopang, menguatkan, dan tak pernah menyerah pada kita, bahkan saat kita menyerah pada diri sendiri. Dan mungkin, dalam hidup ini, kita tidak selalu tahu peran kita. Kita tak selalu jadi Frodo, atau Aragorn, atau Gandalf. Tapi mungkin, ada saat kita pernah menjadi Sam bagi seseorang. Atau mungkin, seseorang pernah menjadi Sam bagi kita. Yang paling penting lagi, bahwa harapan itu nyata, bahwa kebaikan, sekecil apa pun, adalah sesuatu yang selalu layak untuk diperjuangkan.

Kisah si Sam juga mengingatkan kita bagaimana seorang teman bisa sangat mempengaruhi terhadap bagaimana kita bersikap, merasakan, berpikir, bahkan mengambil keputusan. I think that's why our Prophet Muhammad  warned us to be careful in choosing friends. 

Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)

Di akhir cerita, bisa jadi kita sendiri bukan lagi orang yang sama seperti diri kita di awal cerita, dan itu tidak apa-apa.

Ruang suntuk, 15 Juni 2025

TTD 

Si-Paling-Pengen-Nyerah-Tapi-Ngga-Nyerah2



When Life Gives You Banana and Lemon (My Magister Journey)

 

Alhamdulillah, akhirnya perjuangan menyelesaikan pendidikan S2 ini tuntas juga. I AM so overwhelmed. Karena perjuangan mencapai sampai garis akhirnya dilalui dengan perjalanan berdarah-darah. Berdarah-darahnya bener-bener secara harfiah ya, bukan majas😅 

Awal masuk kuliah semester 1, saya sedang hamil trimester pertama. Belum sempat adaptasi dengan ritme kuliah, saya sudah harus bedrest karena pendarahan. Kehamilan si bungsu ini dilengkapi dengan ngga nafsu makan sampai usia kandungan 5 bulan yang menghasilkan kelemasan tiada tara, mata cekung, berat badan turun drastis. Bayangin coba, masuk usia 4 bulan kehamilan berat badan bukannya naik, malah turun drastis, sampai ngga tau mau melambaikan bendera putih ke arah mana. Di kehamilan ini, saya benar-benar belajar bahwa nafsu makan itu nikmat yang sering banget kita remehkan. Punya selera makan ternyata anugerah luar biasa, baru sadar setelah mengalami, ya Allah T.T

Memasuki semester 2, kehamilan saya mulai membesar, kondisi fisik juga semakin menurun, sampai akhirnya saya sempet harus bedrest lagi karena keluar flek-flek. Menurut spog letak plasenta saya terlalu rendah, kemungkinan akibat kelelahan. Sejujurnya, sejak awal semester 1 saya sudah pasrah dengan kuliah saya, pun dengan kehamilan saya. Apa pun yang terjadi, saya sudah menyiapkan hati untuk mengikhlaskan. Tapi Alhamdulillah, menjelang akhir semester 2, saya melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat dan lucu melalui operasi caesar dan kegiatan kuliah semester ini juga berhasil saya lewati. Momen kelahirannya bertepatan dengan masa UAS dan nyaris mendekati hari Lebaran.

Jadi, setelah lahiran, begitu bisa duduk setelah operasi, luka di perut masih nyut2an sakit banget,  langsung buka laptop ngerjain UAS, wkwk ya ampun gini amat idup gw ya. Dokter yang datang mau kontrol sampe komen, “Wah kayaknya ini udah sembuh Bu. Udah bisa pulang, orang udah kerja buka laptop😅” Padahal lagi ngerjain tugas. Mau ngeluh tapi pilihan sendiri T.T

Semester 3, saya menjalani kuliah dengan bayi newborn. Begadang, menyusui, pumping, bahkan sempat mengalami mastitis. Kadang ada momen nanya2 dalam hati, "kemarin2 kesambet apa sih mau kuliah lagi". Rasanya pengen nyerah, karena memang dari segi fisik pun saya sudah terkuras, phisically drained, emotionally worn-out. Tapi ternyata, masa itu pun tanpa sadar bisa saya lewati. Mungkin bukan karena saya kuat, tapi karena Allah terus menguatkan.

Seorang dosen saya pernah berkata, "Kalau kita merasa lelah, coba kembali ke awal. Periksa lagi niat kita, tujuan kita, dan dan coba perbaiki kembali niat kita." Kalimat sederhana itu masih terpatri kuat dalam ingatan saya hingga sekarang. Saat kita merasa letih di tengah perjalanan, sering kali yang kita butuhkan bukanlah berhenti, tapi mengingat kembali alasan kita memulai. Dengan kembali ke titik awal, menyadari niat dan tujuan kita, kita bisa menemukan kembali semangat yang sempat surut. Langkah yang tadinya berat, perlahan jadi lebih ringan karena kembali mengingat apa tujuan kita dan kenapa kita memilih pilihan tersebut.

Ada satu lagi kalimat dari dosen saya yang sampai sekarang juga masih membekas dalam ingatan: "Time will tell." Akan selalu ada orang-orang yang meragukan perjuangan kita, mempertanyakan arah yang kita ambil, atau bahkan meremehkan mimpi-mimpi yang kita kejar. Tapi pada akhirnya, waktu yang akan membuktikan semuanya. Keyakinan dan kerja keras selalu menemukan jalan untuk bersuara. Waktu, dengan caranya sendiri, akan menunjukkan makna dan hasil dari setiap langkah yang pernah kita ambil.

Masuk Semester 4, proses penyusunan dan bimbingan tesis dimulai. Bolak-balik ke kampus - kantor - rumah lengkap dengan segala dramanya. Bukan sekedar "drama biasa". Ada masa ketika anak harus dirawat di rumah sakit, lalu giliran saya sendiri yang harus dirawat, belum lagi berbagai drama lain yang rasanya terlalu panjang untuk diceritakan satu per satu. Di semester ini juga saya mulai turun lapangan (turlap). Inget banget turlap sambil bawa-bawa bayi T.T Itu udah mulai pesimis selesai ngga tesis gw ini. Tapi udah kadung babak belur, akhirnya berusaha untuk berteguh hati, harus selesai pokoknyaaaaa. Alhamdulillah terlewati juga walau harus nambah 1 semester lagi plus dengan segala dramanya juga.
Segala proses panjang yang saya lalui selama kuliah ini bikin momen yudisium dan gladi bersih wisuda terasa overwhelmed banget. Padahal baru gladi bersih ya wkwk. Somehow perasaan tu bawaaanya membuncah banget. Orang-orang mah ke yudisium biasa aja ya, ke gladi bersih juga biasa-biasa aja, nah saya donk mbrebes mili berkaca-kaca😂 Kaya ngga nyangka aja gitu udah mau sampai di titik akhir. Pas acara wisudanya malah ngga ada nangis2, full senyum, nyengir lepas, legaaa. 

Saya bersyukur banget Allah memberikan saya orang-orang terdekat dan lingkungan yang mendukung, juga orang-orang yang entah bagaimana caranya muncul atau sekedar lewat dalam hidup saya ketika saya butuh. Terutama setiap saya ragu dan pengen mundur, ada aja yang meyakinkan. Tiap saya lelah mau berhenti, selalu ada yang menenangkan dan membesarkan hati. Tiap pengen nyerah, ada aja yang menguatkan. Bener-bener kalo ngga ada izin dan karunia Allah, kayanya seluruh proses perjuangan tadi ngga mungkin saya jalani. Setiap langkah dan cerita yang terlewati tak lepas dari kasih sayang-Nya yang datang lewat kehadiran orang-orang baik di sekitar saya.

Alhamdulillah, pada hari Sabtu, 15 Maret 2025 yang lalu, genap satu tahun sejak saya menjalani seminar proposal (Jumat, 15 Maret 2024), akhirnya tanggung jawab pendidikan S2 ini tunai dengan penuh rasa syukur. Satu bab penting dalam hidup saya akhirnya selesai.


Bongkar Celengan Rp 20.000-an (Dapet apa yaa?)


Tahun lalu saya pernah bahas tentang sinking fund yang saya tuang di postingan >> INI. Selain menabung dengan metode sinking fund, saya juga mencontoh beberapa youtuber yang bikin semacam celengan dengan nilai tertentu. Misalnya celengan 5ribuan, 10ribuan, atau 20ribuan. 

Metode celengan ini cocok banget di saya yang ngga telaten pake metode amplop dan pencatatan gitu. Karena pernah juga nyobain pake metode amplop dan nyatet di jurnal gitu, eh malah ngga jalan. Akhirnya saya bikin celengan kaleng yang tinggal masuk-masukin aja. Celengannya saya bikin 3: celengan 5ribuan, celengan 10ribuan, dan celengan 20ribuan.

Waktu bikin celengan model gini sih belum ada rencana kalo sudah penuh mau dibeliin apa, yang penting nabung ajalah dulu. Alhamdulillah bulan juli ini salah satu celengan (yang 20ribuan) penuh. Pas dibongkar ternyata ada uang 5ribuan, 10ribuan, 50ribuan, dan 100ribuan yang keselip. Keselipnya lumayan banyak wkwk. Alhamdulillah. Total 20ribuan yang kekumpul berjumlah Rp 1.660.000,- ditambah uang yang keselip2 tadi jadi sekitar 3jutaan. Lumayan banget kaan. MasyaAllah.



Trus uang nya dibeliin apa?

Pas banget blender lagi rusak dan memang dari dulu pengen upgrade blender, cuma nunggu timing yang pas. Di shopee juga udah ditandain dari kapan tau blender yang ditaksir hehe. Akhirnya uang celengan 20ribuan yang Rp 1.660.000,- itu dibeliin blender Philips (2L Blender Plastic Jar 4-in-1 HR2223/30) dan kipas angin gantung Panasonic (kapan-kapan saya review yaa blendernyaa). 

Nah. trus uang-uang yang keselip kayak 5ribuan dan 10ribuan dimasukin lagi, tapi ke celengan yang sesuai dengan nilai masing2. Sedangkan yang 50ribuan dan 100ribuan dimasukin lagi ke tabungan Sinking Fund buat nambahin pos-pos yang ada. Alhamdulillah.

Sebenernya kalo kita konsisten nabung, misal, 20ribuan setiap hari, total setahun yang didapatkan sebesar Rp 7.300.000,- (365 hari x Rp 20.000). Namun saya sendiri nabung celengan ini masih dengan prinsip "kalo didompet ada 20ribuan, kalo ngga ada yaudah". Tapi daripada ngga sama sekali ya. Bagian penting dari semua ini pertamanya adalah MEMULAI. Bagian susah tapi kalo udah jalan, insyaAllah, tiap liat uang 20ribuan berasa langsung pengen di-save buat celengan, soalnya jarang-jarang dapetnya, jadi kalo mau dijajanin tu sayang. 

Semoga bermanfaat ya sharingnyaa...

Review Resolusi 2022 : Welcome Resolusi 2023 !

Alhamdulillah, survive melewati tahun 2022. Resolusi yang dibikin tahun lalu akhirnya tutup buku juga, ada yang tercapai, ada yang ngga. Walau tiap tahun istimewa, tapi tahun 2022 lalu memang istimewanya beda, karena ada salah satu impian yang ngga saya masukin resolusi (karena terlalu tinggi bagi saya saat itu), tahun 2022 malah terpenuhi, dan ada keinginan yang sebenernya dulu masih ragu untuk dilakukan dan ngga masuk rencana tahun 2022, justru Allah realisasikan tahun 2022. Allah sebaik-baik Pemilik Rencana. Alhamdulillah, masya Allah tabarakallah. 

Singkatnya saya berhasil survive melewati tahun 2022 dengan segala drama yang ada didalamnya😅 2022 bener-bener ngga mudah buat saya. Walau begitu alhamdulillah Allah kasih kesempatan dan kekuatan buat nglewatin semuanya. Pengalaman untuk diambil pelajarannya, pelajaran untuk diambil hikmahnya. 

Sebelum panjang-panjang ke resolusi 2023, saya mau review dulu Resolusi 2022 tahun lalu  :

1. Continue studying for a master degree
2. Lose 10 kgs
3. Writing Blog once a month
4. Improve my english language skills
5. Healthier life
6. Financially efficient and stable

Nah ini break down-nya yang saya catet di note hp :

 

Review Resolusi 2022 :

1. Continue studying for a master degree

Alhamdulillah, lanjut studi S2 ini tercapai lebih awal. Rencana awalnya mau saya ambil di akhir-akhir tahun 2022. Lebih kepada realistis, apalagi suami juga lagi lanjut S2. Tapi ternyata alhamdulillah suami ngijinin ikut pendaftaran bulan April 2022 lalu. Awal tahun 2023 ini insyaAllah masuk semester 2. 

2. Lose 10 kgs

Alhamdulillah ini tercapai juga, bahkan lebih. Saya pake rumus olahraga dan ngurangin ngemil. Signifikan banget. Membuktikan bahwa selama ini porsi ngemil saya ternyata sangat banyak😅 Begitu di-cut ngemilnya (dengan super susah payah), beratnya turun secara natural walopun ngga cepet, tapi konsisten gitu.

3. Writing Blog once a month

Ngga tercapai. Cuma ada 7 postingan untuk tahun 2022 lalu, dan itu juga ngga rutin tiap bulan. Awal-awal aja masih ngusahain ngeblog sebulan sekali. Selanjutnya  mulai macet. Apalagi begitu saya mulai aktif kuliah. 

4. Improve my english language skills

Sama kaya poin 3. Tadinya masih rutin di awal, sejalan waktu dengan munculnya aktivitas lain mulai ngga terkoordinir dan akhirnya terlupakan.

5. Healthier life

Qadarullah saat hampir mendekati berat badan normal alhamdulillah Allah kembali menitipkan amanah kehamilan. Kehamilan kali ini agak berbeda dari kehamilan sebelumnya yang agak "kebo". Bulan pertama terpaksa harus bedrest selama 2 minggu karena mual dan ngga bisa makan. Udah hampir nyerah minta di anter ke rumah sakit karena beneran sama sekali udah ngga ada tenaga (T.T) Hamil tapi berat badan malah turun drastis. Masuk bulan ke 4 alhamdulillah perlahan nafsu makan kembali normal, akhirnya sekarang apapun yang bisa dimakan saya makan, trauma banget abisnya gegara bulan-bulan kemarinnya sama sekali ngga bisa makan🥺

6. Financially efficient and stable

Alhamdulillah bikin sinking fund nya masih lanjut dan sudah ada yang terpakai sesuai rencana. Saya juga udah bikin sinking fund baru untuk perencanaan pengeluaran yang lain. Tapi memang merasa tetap belum efisien dan belum yang stabil-stabil banget secara financial. Pengaturan keuangan masih PR banget. Dan tahun 2023 ini pun rasanya target mengenai keuangan belum bisa saya masukin ke list resolusi karena satu dan lain hal.

Kesimpulannya dari tahun 2022 lalu, dari 6 target : ada 2 target yang tercapai penuh dan 4 target lainnya tercapai setengah-setangah. Tapi bagi saya pribadi udah memuaskan. Karena target besar saya tahun 2022 (lanjut studi S2), alhamdulillah tercapai, dan malah tercapainya lebih awal dari yang direncanakan. Target ini menurut saya paling berat dan bahkan saya agak ragu sebelumnya. Tapi alhamdulillah dikasih Allah jalan dan pertolongan untuk mencapainya.

Resolusi 2023

Untuk resolusi 2023 ini, setelah menakar kekuatan, waktu dan realita wkwk, saya mutusin buat mengurangi kuantitas. Resolusi tahun 2023 ini lebih cenderung untuk mendukung studi yang sedang saya ambil. 

Berikut list Resolusi saya tahun ini :

1. Baca 10 buku
2. Nulis 1 karya ilmiah
3. Target nge-Blog 10 postingan dalam 1 tahun

Alasan saya milih ke-3 ini dijadiin resolusi :
1. Baca 10 buku
Sejujurnya saya kangen banget dengan semangat baca buku yang kaya dulu. Tapi apa daya rasa kangen ngga sinkron sama tindakan, jangan ditiru ya para jomblo. Makanya tahun ini baca buku yang mungkin sebagian orang adalah hal mudah, saya masukin ke list resolusi.  
2. Nulis 1 karya ilmiah
Untuk menunjang studi S2 saya juga. Tadinya pengen 2 karya, tapi yaudalah, 1 aja😁kwatir ngga kuat.
3. Target nge-Blog 10 postingan dalam 1 tahun
Sengaja ngga bikin sebulan sekali. Karena kadang sebulan ada beberapa ide buat nulis, nah bulan berikutnya bisa jadi sama sekali ngga ada, sampe bulan-bulan berikutnya😅 

Sebenernya saya pengen nambahin yang ke-4, dan ini menurut saya harusnya jadi resolusi yang ke-1 sih, karena target besar : bikin penelitian untuk thesis. Tapi kwatir otak dan perasaan saya ngga sanggup menerima kenyataan wkwk, jadi yaudahlah, target ini ngga ditulis dulu, sekuatnya aja nanti😂

Epilog

@risalah_amar

Tahun 2023 ini saya ingin lebih mencintai dan menghormati diri sendiri. Itu yang utama di tahun ini. Selain itu ada pelajaran yang saya petik dari tahun lalu. Pelajaran yang didapat seiring sejalan dengan bertambahnya usia. Pernah baca dimana gitu, kurang lebih intinya : semakin usia kita bertambah, justru semakin mengecil lingkaran pertemanan kita. Kenalan mungkin semakin banyak, namun lingkaran pertemanan semakin mengecil. Entah itu karena kesibukan masing-masing, pilihan hidup, menjaga pikiran, dan alasan lainnya. Pengalaman dan pelajaran menyaringnya sendiri. Tapi ternyata ngga masalah. Ternyata saya baik-baik saja.  

Alhamdulillah Allah justru memberi temen-temen yang saling mendukung, menguatkan, dan mengingatkan. Mungkin itu juga yang akan saya jaga ke depannya. Mereka-mereka yang selalu ada di sisi saya : suami, anak-anak, orang tua, teman-teman, siapapun mereka yang tulus menyayangi dan menerima saya. Di titik lelah dan jenuh Allah menganugerahi saya dengan keberadaan mereka.

Saya juga ingin lebih serius dan fokus meng-upgrade kualitas dan kemampuan diri saya, suami, dan anak-anak. Beberapa rencana sudah dimulai sejak akhir tahun lalu. Harapannya semoga kami sekeluarga berhasil menjadi manusia yang lebih berkualitas jasmani dan ruhiyah.  Bismillah

Sekian sebuah tulisan untuk memulai tahun ini. Tulisan yang semoga menjadi doa yang di ijabah. Semoga tercapai semua, dan semoga juga bisa melampaui target. Aamiin🤲

Note to My Self

Catatan DFA Hari ke 01 - 13 : Mengenal Kamu, Dia, dan Semua

Ngga berasa diklat yang sedang saya ikuti sudah berjalan kurang lebih 2 minggu. Banyak sekali hal yang saya dapatkan selama mengikuti diklat, dan itu bukan soal materi diklatnya aja, tapi juga contoh semangat dan teladan profesi yang bisa saya ambil dari para peserta dan juga pemateri. Padahal mayoritas usia nya diatas saya, bahkan udah ada yang mau mendekati masa pensiun. Tapi semangat dan komitmen menuntut ilmunya masih membara. Kalo materi diklatnya sih masyaAllah, banyak banget ilmu yang didapat. 

Walaupun sangat excited, diawal-awal agak kwatir waktu baca jadwal diklatnya yang panjang dan padat. Kurang lebih pembagian waktu belajarnya; kelas teori 2 bulan, ditambah jadwal magang juga 2 bulan. Sempet mbatin sanggup ngga ini ngikutin diklatnya. Tapi setelah menjalani, akhirnya sekarang mulai menikmati ritmenya; ritme tiap hari ada tugas😅 Berasa ngulang masa kuliah dulu. Bedanya ngga ada kegiatan organisasi aja. Gara-gara ini intensitas penggunaan kafein dalam kehidupan sehari-hari pun bertambah. Sekarang hampir tiap hari makin mesra sama teh susu/kopi susu, cemilan, dan kantuk yang ditahan🗿

Tebak saya yang manaa?

Gambar diatas adalah salah satu bentuk materi di hari pertama, Dinamika Kelompok. Dimulai dengan sesi pengenalan seluruh peserta, sesi mengenal diri sendiri, dan tentu aja belajar bagaimana membina kerjasama yang baik. 

Just note to my self, catatan awal adalah, intinya sih jangan sampe ngga kenal seperti apa diri sendiri. Dengan mengenal diri sendiri dengan baik, kita jadi tau obat apa yang pas saat diri kita lagi di titik bawah, kita jadi tau pemantik apa yang cocok saat diri kita lagi butuh semangat. 

Mungkin pembelajaran mengenal diri sendiri udah kita dapet ya dari banyak media, entah itu dari buku, pembinaan, sosialisasi, dll. Namun ada kalanya saat di titik jenuh atau saat futur, sadar atau terkadang ngga sadar kita membiarkan orang lain mendefinisikan diri kita.

Catatan berikutnya adalah semangat menuntut ilmu yang tak dibatasi usia bahkan oleh keadaan apapun. Setiap peserta sudah dipastikan memiliki kendala dan tugas masing-masing selama diklat berlangsung. Entah itu kendala waktu, kesehatan, jaringan, tugas kantor, dan seabrek kepentingan lainnya. Namun tetep aja setiap hari kelas dipenuhi dengan kehadiran, pertanyaan-pertanyaan, dan excitement thalibun 'ilmi. Baru-baru ini ada peserta seorang Ibu yang kecelakaan motor, lumayan parah melihat foto yang dikirim ke grup WA dengan wajah bercucuran darah dan harus ke puskesmas.

Tapi luar biasanya beliau tetap mengikuti diklat dengan izin off cam dulu, terus sampai rumah beliau langsung kembali on cam lagi mengikuti diklat dengan kondisi habis dijahit dan wajah masih diperban. Bandingin dengan kondisi saya yang ruangan udah ada, jaringan udah ada, fasilitas udah ada, fisik masih sehat, kalaupun capek tapi masih mau ngeluh rasanya malu jika membandingkannya dengan kondisi rekan-rekan yang lain.

Tapi kadang sebagian kita masih mengambil sisi negatif dari kata "membandingkan" ini. "Membandingkan" menjadi stigma ketika diletakkan dalan suatu kondisi. Benar adanya membandingkan tak baik, tapi juga ngga selalu buruk. Ada kalanya "membandingkan" membuat kita terpacu, ada kalanya "membandingkan" membuat kita bersyukur. Look up to be inspired, look down to be grateful.

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pun akan ada titik di saat, entah itu usia ataupun pemahaman, dimana kita nantinya bisa memahami bagaimana nilai perbandingan ini, wujudnya negatif atau positif. Jika kata "membandingkan" hilang dari kamus mungkin rasa empati juga ikut terkikis. Saya mungkin bakal dengan gampangnya ngeluh capek, bosen, didepan orang yang mungkin tau atau tanpa saya tau kondisinya buruk/sedang buruk. Walaupun aslinya memang lagi capek, jenuh, pengen sendiri, terus pengen gampar emote patung totem di whatsapp, eh kok curhat wkwk

Catatan berikutnya yang saya noted adalah dari salah satu pemateri, mengenai penghargaan kita terhadap profesi kita sendiri. Kira-kira intinya kalo ada yang paling menghargai atau justru yang menjatuhkan sebuah profesi adalah si pemangku profesi itu sendiri. 

Jika si pemilik profesi menampilkan citra telat ke kantor adalah hal biasa, nonton film/youtube di jam kerja, jadwal bebas, lalu pulang sesuka hati. Kira-kira seperti itulah gambaran yang diambil oleh orang luar terhadap profesi itu; tidak berharga, sepele, atau bahkan tidak terlalu penting. Pun sebaliknya, jika yang tampil adalah wujud bertanggungjawab, proaktif, dan disiplin, seperti itu jugalah profesi itu bernilai di mata pihak luar. 

Catatan selanjutnya saya dapat dari efek diklat ini terhadap ritme hidup saya sehari-hari. Lumrahnya dengan tambahan jadwal diklat ini, seharusnya waktu saya berkurang banyak. Iya bener, memang kuantitasnya berkurang, tapi ngga nyangka quality time nya malah bertambah. Dari jadwal saya, suami, sampai anak-anak, entah itu olahraga, baca buku, bonding time, jalan-jalan, dll. Semuanya sekarang harus disempatkan dan dijalankan. Beda banget kalo ritmenya lagi terlalu senggang. Malah waktunya jadi beneran kosong terbuang ngga jelas buat apa, ngga produktif.  . 

Jadi memang bener pesan dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah :

Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil. (Al-Jawabul Kaafi, hal 56)

InsyaAllah kalo hubungan Rusia dengan Indonesia masih baik-baik aja, kelas teori masih berjalan kurang lebih sebulan lagi. Mudah-mudah terlewati dengan sangat baik, berkah, dan bermanfaat. aamiin...

Lampung, 24 Juni 2022
on the way fixing myself

Mengenang Mimpi, Melanjutkan Mimpi


Selembar kertas diatas adalah target yang saya buat saat usia saya mungkin masih 19 atau 20 tahun. Ngga nyangka tulisan saya pernah rapi. Sampai sekarang ternyata lembar target ini belum berubah tempat, masih tertempel rapi di pintu lemari pakaian saya jaman gadis dulu. Ngga dicopot sama Ayah. Iseng waktu mudik ke Batam Mei lalu saya potret. Buat kenang-kenangan kalo dulu saya punya mimpi.

Pernah baca quote yang bilang, "don't tell your dreams, show them." Dulu target ini cuma saya yang tau. Mikirnya kalo dipromoin malu kalo ngga kesampean. Nah sekarang, belasan tahun kemudian malah dipajang di blog sendiri wkwk

Apakah target ini ada yang tercapai sekarang? Ada, beberapa. Hanya saja waktunya yang berbeda.  Semuanya di waktu yang tepat menurut Allah.

Umur 21 tahun. Lulus D3, Lanjut S1, dan Kerja. Tercapai, hanya saja urutannya yang berbeda. Usia 21 tahun  saya lulus D3 dari Poltek Negeri Batam sesuai target, sempet mau nyambung S1 namun qadarullah ternyata setelah lulus D3 saya diterima di salah satu instansi dan ngga jadi lanjut kuliah S1. Kuliah S1 saya justru selesai setelah saya menikah dan punya anak.

Umur 22 tahun. Menikah. Inginnya sih sudah menikah, tapi rencana manusia hanyalah rencana manusia. Usia 22 tahun ternyata saya kadang-kadang masih termenung di pantai Pulau Karimun sambil makan opak-opak, dengan status jomblo punya prinsip.🗿

Umur 23 tahun. Lulus S1 dan Lanjut S2 Sastra Inggris di UI. Tidak tercapai. Status saya masih sama. Kegiatan masih berkutat ngeliatin awan sama visibility. Syukurnya sisa ghirah jaman ngampus masih ada, jadi masih berurusan dengan kegiatan keorganisasian di luar kantor. 

Umur 24 tahun. Jadi Penerjemah. Saya seneng mempelajari bahasa, pengen jadi polyglot ceritanya. Karena itu pula saya pengen lanjut S2 Sastra. Namun saya juga gagal mencapai target ini. Di usia 24 tahun saya justru mencapai target saya di usia 22 tahun, menikah. 

Usia 30 Tahun. Punya toko buku. Karena saya mencintai buku. Dan ini satu-satunya target yang tercapai sebelum jatuh tempo. Setelah menikah sebenernya saya sempet punya toko buku-buku import bekas di rumah. Sempet jalan beberapa tahun. Tapi akhirnya berhenti karena prioritas lain. 

Kecewa ngga? Ada lah pasti. Tapi takdir Allah itu selalu baik. Walau kadang pada saat menerimanya kita merasa berat, atau mungkin benci. Pada waktunya akan mengetahui dan menyadari ada sisi terbaik yang diterima dan ternyata ada sisi terburuk yang terhindari. Sulit, tapi selalu mungkin.

Seiring beranjaknya usia target-target berubah mencoba menyesuaikan dengan kekuatan untuk menggapainya, harapan yang ngga sesuai dengan kenyataan juga mulai berdamai. Membuat list impian masih saya lakukan, tapi mungkin belasan tahun kemudian baru akan saya ceritakan kembali. Itu juga kalo inget. 

Pada akhirnya rencana manusia memang judulnya akan tetap rencana manusia. Batas yang kita lakukan sudah dikasih rumusnya; usaha, doa dan tawakkal. Allah Pemilik Rencana Terbaik.

"There is always hope." 
- King Aragorn, Lord of The Rings

Lampung, 19 Juni 2022
way to my dreams

Decluttering yang Bikin Fresh dan Happy

Decluttering ini bisa dibilang resolusi tercepat terealisasi sepanjang hidup saya. Tahun 2020 lalu setelah pandemi covid-19 mewabah di seluruh dunia (hingga saat ini), bikin saya yang tadinya cuma tau channel Liziqi, Pinkfong dan Cocomelon, jadi merambah ke channel2 yang kontennya membahas dunia per-skin-care-an, homesteading, cleaning and organizing, dan sampai akhirnya kenalan sama yang namanya decluttering.

Sebelum kenal kata decluttering, sebenernya saya udah melakukannya setiap tahun. Iyes, karena lebih sering bela-beli jilbab akhirnya tiap tahun saya malah harus ngurangin jumlah jilbab ketimbang pakaian.

Nah, akhirnya tahun 2021 dengan yang tadinya ngga ada tekad soal resolusi, saya yang baru aja beli buku planner 2021 pun nulis resolusi di buku itu. One of them is DECLUTTERING.

Simpelnya Decluttering berarti mengurangi barang-barang tidak dipakai ataupun yang tidak diperlukan lagi.

Dari 2017 - 2020 kondisi fisik saya jauh menurun, sering begadang karena masih menyusui si bungsu, dan adaptasi di tempat baru yang ternyata ngga segampang dipikiran. Karena itu di tahun 2021 saya pengen banget ada perubahan yang sangat signifikan, saya pengen banget bikin 2021 is my year. Dan Allah Maha Penolong. Alhamdulillah salah satu resolusi yang ternyata obat stress mujarab terealisasi lebih cepat dari yang saya duga. 

HOW TO?

1. Memulai

Kalo di saya, MEMULAI adalah KOENTJI. Memulai itu berat banget, tapi begitu udah jalan, bakal jalaaaan terus. Itu yang terjadi sama saya. Dibilang berat karena rumah saya super penuh dengan barang, sampe bingung mulai darimana. Dan ini sering banget jadi kendala, mulainya darimana. 

2. Declutter Per Ruang

Saya akhirnya memutuskan mulai declutter per ruangan. Saya mulai dari ruang tamu dulu, baru ke ruang tengah, kamar-kamar, dan kemudian dapur. Mulai aja dari ruangan yang ngga terlalu penuh dulu.

3. Menentukan kapan mau melakukannya

Karena saya kerja diluar rumah juga, mengerjakannya (terpaksa) hari sabtu dan minggu. Kurang lebih makan waktu 1 bulan lebih akhirnya selesai juga proses decluttering rumah (sementara ini). Karena masih rencana pengen ngurangin barang lagi.

4. Pilah Pilih

Mana barang yang mau didonasikan, mana barang yang masih dipakai, dan mana barang yang masih tetap disimpan. Ngga perlu di declutter semua. Tapi seringnya sih semua dianggap perlu wkwk nah ini yang bikin rumah full barang, saya orangnya penyayang barang, padahal dipake juga ngga. Jadi pas decluttering ini juga kudu jadi raja tega sejenak.

5. Sediakan Wadah

Wadah untuk apapun hehe pokoknya semua barang yang sudah dipilah-pilih ya harus ada wadahnya. Entah itu kardus, keranjang, dll. 

Alhamdulillah sekarang barang2 jauuuh banget berkurang. Anehnya malah bikin happy dan fresh. Kalo berantakan ya masih ada lah. Apalagi mainan anak, dan saya masih toleransi. Kasian donk bocah2 ngga boleh main. Tapi kondisi rumah udah ngga penuh kayak dulu. 

Selain itu saya juga jadi lebih berhati2 beli barang. Mikir dulu berkali2. 

*to be continue

Bongkar Sinking Fund : Dari Dana Kuliah sampai ke Dana Staycation!

Saya lupa kapan tepatnya, tapi kira-kira bulan Juli 2021 lalu saya mulai bikin Sinking Fund. Sinking Fund ini sangat membantu kami dalam proses berbenah dan menata kembali keuangan keluarga. Nah, sebelum jauh-jauh saya cerita, kenalan dulu ya kita sama Sinking Fund.

Sinking fund adalah dana khusus yang dialokasikan untuk tujuan/kebutuhan tertentu. Contohnya seperti : biaya pendidikan, biaya beli motor, biaya untuk menikah, biaya sewa rumah, dan lain-lain. Kebutuhan dan kondisi keuangan setiap orang tentu berbeda-beda. Jadi sistem pengaturan keuangan kita pun bisa berbeda, tinggal modifikasi dan sesuaikan dengan kondisi kita sendiri.

Bagaimana cara memulai Sinking Fund?

1. Menentukan post-post kebutuhan/tujuan yang ingin kita capai. Prioritaskan dengan cermat, tentukan yang utama dan urgent dulu, baru yang sifatnya konsumtif atau entertaining.

2. Tentukan jumlah rupiah dan due date (jatuh tempo) yang ingin ditargetkan. Misalnya : biaya kuliah per semester Rp 6.000.000,-. Berarti target nominal yang harus kita kumpulkan sebelum pembayaran semester depan adalah Rp 6.000.000,-. 

3. Bikin wadah khusus untuk menyimpannya. Bisa pouch, organizer bag, ataupun rekening khusus.

4. Jangan lupa dicatat. Bisa di buku, aplikasi, ataupun note hp.

5. Komitmen untuk selalu mengisi Sinking Fund yang sudah dibuat.

Alhamdulillah, per Februari 2022 ini seluruh Sinking Fund saya yang sudah due date terpenuhi semua, bahkan sudah ada yang diisi ulang. Dan ini adalah beberapa post Sinking Fund yang saya buat :

1. Biaya Kuliah S2 Suami 

Per semesternya biaya kuliah S2 suami sebesar Rp 5.500.000,-. Desember 2021 lalu sebenarnya sudah terkumpul dananya. Alhamdulillah ada rejeki tak terduga, akhirnya dana kuliah ini ngga terpakai, tapi tetep disambung buat semester depan lagi. Sekarang sudah terkumpul Rp 5.800.000,- dan due datenya masih jauh. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmushshaalihat. 

2. Dana Qurban

Tahun lalu pengeluaran kami untuk Qurban Kambing Rp 2.700.000,-. Alhamdulillah dana Qurban sekarang sudah terkumpul Rp 3.000.000,-, dan belum due date. Tetep dilanjut biar lebih longgar kalo udah tiba due date nya. 

3. Dana Mudik

Sebagai perantau, dana ini penting banget buat saya. Qadarullah domisili saya sekarang lumayan jauh dari kampung halaman, dan memakan dana yang banyak untuk mudik. Jadi biar lebih meringankan, biaya mudik ini dimasukkan ke Sinking Fund. Alhamdulillah sekarang sudah terkumpul Rp 5.800.000,-. Untuk jadwal mudik tahun ini masih dijadwal ulang karena pandemi omicron yang makin meningkat.

4. Car Repair / Car Maintenance (Pemeliharaan Mobil)

Tahun lalu biaya car maintenance menyedot dana kira-kira Rp 6.000.000,-. So, tahun ini diputuskan untuk post car maintenance alokasinya sebesar Rp 500.000,- per bulan. Sekarang sudah terkumpul Rp 1.300.000,-. Syukur2 kalo ngga ada masalah. Mobil yang kami punya memang sudah tua jadi butuh perhatian dan kasih sayang lebih hehe. Pengen ganti, tapi memang belum ada budget untuk mobil baru dikarenakan prioritas lain. Saya juga pernah denger podcast-nya Raditya Dika diSINI, kira2 intinya kalo punya duit Rp 90juta, ya beli mobilnya Rp90juta, bukan yg Rp 200juta. 

5. Beli Skincare 

Nah, karena muka cuma satu, kalo rusak ngga bisa diganti muka orang lain, jadi mari kita jaga baik2lah muka kita ini ya😆 Untuk dana Skincare saya alokasikan Rp 400.000,-. Umur-pakai Skincare saya lumayan lama. Serum bisa sampai 2 bulan baru habis. Kalo pencuci muka bahkan 3 - 4 bulan baru habis😅 big pack.

6. Staycation

Udah lama banget saya pengen Staycation. Udah direncanain eh tahun ini covid malah ngeluarin varian baru, omicron. Jadi untuk dana Staycation yang udah terkumpul sebesar Rp 600.000,- kami alokasikan ke hal yang lain, akhirnya beli tenda kemah seharga Rp 557.170,-. 

7. Beli Kompor Baru

Kalo yang ini tabungan santai, kapan penuhnya lah baru dibeli. Jadi memang kompor gas saya yang sebelah kanan udah agak ngadat, butuh usaha ngidupinnya, tapi masih bisa dipake. Someday pengen ganti. Harga kompor inceran saya sekitar 3jutaan. Dan sekarang baru terkumpul Rp 1.000.000,-. Tapi karena ini tabungan santai, jadi ya kapan penuhnya aja baru beli. Toh yang lama masih bisa dipake. Atau kalo rusak setidaknya udah ada dana buat beli baru hehe

8. Tabungan Anak

Nah, ini satu-satunya Sinking Fund yang pakai rekening khusus. Yang lainnya disimpen di organizer.

Keuntungan Punya Sinking Fund

1. Belajar mengontrol keinginan. 

2. Keuangan jadi lebih teratur.

3. Pengeluaran besar tidak mengganggu cash flow keuangan sehari-hari.

4. Ada kepuasan bathin yang didapat. Terutama saat berhasil memenuhi target.

Itu yang bener-bener saya rasain 6 bulan ini. Keberhasilan Sinking Fund saya yang pertama ini memotivasi saya untuk memperbaiki post-post keuangan lainnya. Tentunya dalam kurun waktu 6 bulan ini ada evaluasi yang dilakukan, ada post-post konsumtif yang saya revisi, sedangkan post utama tetap, ngga ada perubahan.

Di tahun 2022 ini insyaAllah ada 3 post sinking fund yang saya tambah, biaya kuliah S2 saya, biaya umroh, dan reparasi meja+kursi makan. Bismillah, mudah2an bisa terpenuhi semua. Aamiin ya Allah please help me always🤲

Semoga bermanfaat dan memotivasi ya🙏

-----------------------------------

"... Indeed, Allah will not change the condition of a people until they change what is in themselves..." (Ar-Ra'd : 11)

Review Resolusi 2021 : Bikin Resolusi 2022


Setelah dalam jangka waktu yang cukup lama ngga pernah bikin resolusi2an lagi, akhirnya tahun 2021 lalu saya nyoba nulis resolusi lagi di planner yang saya beli. Without any expectations. Beberapa tahun sebelumnya list resolusi kosong, ngga bikin, karena pada akhirnya mereka akan menjadi kenangan yang terlupakan😆 Apalagi resolusi turunin berat badan, tiap tahun dibuat dikerjain ngga, sampe akhirnya "nurunin berat badan" pensiun dari list.

Naah, tahun 2021 lalu beda banget. For the first time in my life ada resolusi yang tercapai wkwk warbiyasaak. Dan hal ini jadi memacu saya untuk bikin resolusi lagi tahun 2022 ini.

List resolusi tahun lalu cuma ada 3 :  
1. Lose 20 pounds (turun 10 kg)
2. Mastering 2 languages (english and korean)
3. Organizing and decluttering my house

Btw forgive my bad english, soalnya pas nulis ketiga resolusi ini bener2 ngga pake ekspektasi dan pemikiran yang mendalam. Main tulis aja, mikirnya ringan, yang penting bikin upgrade diri dan apapun yang bikin happy. Ini juga hasil dari nonton youtube. Salah satu channel yang sering saya tonton di tahun 2020 tentang organizing dan decluttering

Organizing sih ngga terlalu keserap otak dan prilaku ya wkwk, tetep aja nyeni dan abstrak (baca : brantakan). Tapi kalo decluttering, asli lah inspired banget. Jadi gara2 itu decluttering masuk list resolusi tahun lalu, selain karena rumah memang tadinya udah full banget sama tabungan barang2 yg ngga terpakai. 

REVIEW RESOLUSI 2021
Resolusi pertama, nurunin berat badan 20 pounds (-+10 kg) ngga sepenuhnya terwujud, tahun lalu ternyata turunnya cuma 7 kg. 

Resolusi kedua, menguasai 2 bahasa asing (inggris dan korea) juga ngga tercapai. Sebenernya udah ikut les bahasa korea online. Baca huruf hangeul udah sempet lancar. Tapi setelahnya stuck, diulang ngga, ngikut level selanjutnya juga ngga. 

Yang bahasa inggris juga udah netapin  program buat diri sendiri : baca 1 artikel bahasa inggris setiap hari (artikel apa aja). Nah, resolusi ini sempet berjalan, tapi abis itu ngadat dan akhirnya tinggal kenangan.

Resolusi ketiga, decluttering. Diantara ketiga list tadi yang pertama kali terwujud justru resolusi ketiga ini. Di awal2 tahun lagi terwujudnya, saya aja kaget 🤣 Decluttering rumah ini bener2 me-refresh tahun 2021.

Jadi secara keseluruhan, resolusi tahun lalu bisalah dikasih nilai 85. Karena 1 poin terwujud dan 2 lainnya boleh dibilang masuk kategori hampir terwujud wkwk maksa

Kalo dari yang saya baca2, bikin resolusi harus spesifik. Cara mewujudkannya juga harus di-break-down (ini yang ngga saya buat tahun lalu). 

Misalnya kayak saya, pengen menguasai bahasa asing. Nah itu harus spesifik, bahasa asing nya apa, terus langkah2 untuk mewujudkannya juga seperti apa. Contoh : yang mau dikuasai English. Langkah2nya bisa ikut les online atau offline, baca artikel English min 1 kali sehari, nulis English 1 kali seminggu, and etc

Selain itu juga jangan lupa menakar diri. Semangat boleh but stay realistic, aseek apa coba tuh 😂. Karena kalo tercapai atau ngga tercapai memang ada efek psikologisnya. 

RESOLUSI 2022
Tahun 2022 ini angka list-nya nambah, decluttering udah ngga masuk list resolusi lagi dan isinya lebih banyak yang baru. 

Bismillah, my Resolution 2022 list :
1. Continue studying for a master degree
2. Lose 10 kgs
3. Writing Blog once a month
4. Improve my english language skills
5. Healthier life
6. Financially efficient and stable

Btw saya ngga pake planner lagi kaya tahun kemarin. Karena ternyata ngga kepake. Lebih sering nyatet di note hp, apapun, termasuk resolusi dan rinciannya. Aplikasi note pun sekarang banyak banget di playstore, tinggal pilih mana yg cocok.

Sebenernya ada 1 resolusi dari jaman baheula tapi akhirnya ngga pernah lagi dimasukin list resolusi : bisa nyetir mobil😆 Itu resolusi dari jaman masih gadis sampe udah emak2 sekarang belum terwujud juga. Padahal kalo suami lagi dinas keluar, sering banget mbatin, cobaa bisa nyetir mobil, bisa nganter anak2. Tapi kalo suami udah di rumah, lupa lagi kemarin yang dibatin2in. Jadi ya sementara "bisa nyetir" disimpen aja dulu. Fokus sama yang udah ditargetin. Mudah2an resolusi tahun ini tercapai semuanya aamiin, ya Allah please help me always.

-------------------------------------

"... Indeed, Allah will not change the condition of a people until they change what is in themselves..." (Ar-Ra'd : 11)