25 in 25

Tepat tanggal 25 maret lalu umur saya merangkak ke angka 25 tahun. 25 in 25 :D Ada beberapa kejutan hari itu, dari orangtua saya yang datang tiba-tiba membawa kue ulang tahun, feel like i'm still their little girl :) sampai hadiah tak terduga dari Ayah hehe..


Alhamdulillah, dan hadiah terindah itu adalah iman ini yang masih melekat di dada, semoga selamanya. Dan, hadiah terindah itu adalah mereka :) orangtuaku, papa mama mertua, seorang suami luar biasa (words can't tell how much i love you), dan tentu saja, calon jundi yang tengah berproses menjadi insan di rahim saya. Semoga menjadi pejuang sholih/ah yang mengabdi pada agama dan ummat ini :) aamiin..


Segala puji bagi-Mu yaa Rahman, semoga sisa usia ini penuh karya.


"fawats tsiqillahumma raabithatahaa.."

10 “Jangan” Dalam Memberi Nama Anak

Nama merupakan Modal Awal, label, wadah, dan peluang (Wahyudin, Maa, Aku Bisa). Termasuk juga Nama Panggilan. Tidak jarang namanya sudah bagus, eh panggilannya malah sembarangan. Contoh : karena si anak gemuk dan chubby si orangtua memanggil dengan panggilan Gendon, sehingga orang-orang sekitarnya pun memanggil demikian. Singkat cerita sang anak tidak suka sehingga membawa pengaruh buruk pada prilaku sang anak. Niatnya panggilan sayang tanpa sadar malah merusak. Padahal nama asli sang anak Hidayatullah :D (Ust. Fauzil Adhim, Positive Parenting)


Nama saja tidak cukup, harus ada karakter khusus (Brand Image) yang kita berikan pada anak-anak kita. Misalnya Pintar, pemberani, calon penulis hebat, atau calon ilmuwan hebat, dan lain-lain. Brand image ini sebenarnya dibahas lumayan panjang dalam buku yang sedang saya pegang saat ini, judulnya “Maa, Aku Bisa” karya Pak Wahyudin. Mungkin dilain kesempatan bisa dibahas. Akan lebih baik jika kita mengetahui modal awalnya dulu, Nama.


Berikut 10 larangan dalam memberi nama yang saya ringkas dari buku Pak Wahyudin, semoga bisa menjadi bekal kita sebagai orangtua ketika memberi nama anak-anak kita kelak.


1. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama Allah yang memang khusus untuk-Nya. Yaitu nama-nama ketuhanan yang patut disembah (uluhiyyah) seperti misalnya, Malikul Amlak (Raja Diraja), al-Khaliq (Maha Pencipta), al-Ahad (Maha Esa), al-Baqi (Maha Kekal), al-Muqtadir (Maha Berkuasa), Al-Qadir (Maha Kuasa), al-Mutakabbir (Maha Angkuh), al-Malik (Maha Raja), dan al-Khabir (Maha Mengetahui).


Kalau kita ingin menggunakan nama-nama itu harus memakai kata ‘abdu (hamba). Misalnya, ‘Abdullah (Hamba Allah), ‘Abdul Malik (Hamba dari Dzat yang Maha Menguasai), ‘Abdul Qadir (Hamba dari Dzat yang Maha Kuasa).


2. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama Allah yang menunjuk bahwa sifat atau perbuatan itu hanya dapat dilakukan oleh Allah semata. Misal, ar-Rahman (Maha Penyayang), as-Somad (Tempat bergantung dan memohon), as-Salam (Maha Pemberi Ketentraman), ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki), al-Qabid (Maha Penahan dan Pemegang), al-Basit (Maha Pelepas), dan al-Wali (Maha Pelindung).


Kalau kita ingin menggunakan nama tersebut harus menempuh langkah seperti butir sebelumnya, menggunakan kata ‘abdu (hamba). Tetapi untuk nama Allah butir kedua ini agak lunak. Artinya, kalau kita tahu persis bahwa nama-nama Allah yang  kita maksud tersebut bersifat akhlaqi, yaitu mengandung sifat-sifat yang layak kita contoh, maka kita tidak diharuskan memakai kata ‘abdu. Sebagai contoh misalnya, Syakur, Lathif, dan Rasyid.


Namun hemat penulis, akan lebih baik sekiranya tetap menggunakan kata ‘abdu.


3. Dalam memberi nama anak kita, jangan mengikuti kata ‘abdu dengan nama-nama selain Allah, karena dapat membawa kita menghamba pada selain Allah. Contoh nama ‘abdu yang diikuti selain nama Allah, ‘Abdul ‘Uzza dan ‘Abdun Nabi. Contoh nama-nama yang menggunakan kata ‘abdu yang seolah-olah diikuti nama Allah : ‘Abdul Maqsud, ‘Abdul Satar, dan ‘Abdul Maujud.


4. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama golongan Yahudi, Nasrani, Majusi, dan golongan kafir lainnya yang menjadi musuh Islam.


Contoh : George, David, Geozev, Yara, Diana, Gokalin, Indara, Jeklin, Goli, Suzan, Vali, Victoria, Kloria, Lara, Linda, Maya, Manolia, Haidi, Mardat, Jaudat, Haqi, Syirhan, Syirin, dan Nifin.


5. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama diktator dan tiran atau orang-orang yang sehaluan dengan mereka. Juga, jangan memberi nama-nama anak kita dengan nama-nama yang jahat (terlebih lagi yang dikutuk oleh Allah). Misalnya, Fir’aun, Haman, Qarun, Abu Lahab, Marx, Lenin, Stalin, Freud, Bush, Ariel Sharon.


6. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang tidak memiliki makna, misalnya, Zozo, Fifi, dan Mimi. Kata-kata itu sekedar indah (karena diperindah dengan aliterasi dan asonansi), tetapi tidak memiliki makna.


Sebaliknya kata-kata penguat aqidah sangat dianjurkan untuk dihadiahkan sebagai nama anak-anak kita. Contoh : Mukminin (orang yang beriman), Zuhdi (Zuhud), Iffah (menjaga harga diri), Nasih (setia, tulus, loyal, ikhlas), dan Munbats (Bangkit).


7. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang terlarang oleh adab kesopanan dan perasaan, bermakna pesimisme, patah arang, putus asa, kehilangan harapan hidup, dan tidak yakin akan masa depan. Contoh : Harb (Perang, Pertikaian), Hazn (sedih, susah, muram), Murrah (pahit), Mutadji (yang berbaring lemah, orang yang tidur miring), Himar (Keledai), dan Kalb (Anjing).


8. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang mudah lekang, lekas sirna, melemahkan jiwa anak, serta menimbulkan tertawaan dan ejekan. Misalnya, Syuhat (timbil), Fulful (Cabe), Khaisyah (karung), Jahsy (rusa), Baghal (keledai kecil), dan Fujul (Buah lobak).


9. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang bermakna rendah, hina, porno, menodai rasa malu, serta bermakna cinta membara. Misalnya : cebol, benjol, Hayyam (tergila-gila dalam cinta), Wassal (makelar), Syadiyah (penyanyi), Hiyam (sangat dahaga), Haifa (kecil perutnya), Ahlam (Impian kosong), Ghadab (marah).


10. Jangan memberi nama anak kita dengan kata Muhammad dengan menyatukan gelarnya, Nabi Muhammad saw. Termasul gelar beliau misalnya, ‘Abdul Qasim. Juga jangan memberi nama anak dengan kata-kata yang tidak disenangi oleh Nabi, misalnya : Najih, Nafi’, Aflah, dan Robah.


Demikianlah 10 “jangan” yang perlu kita perhatikan dalam pemberian nama anak.


Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah. Apakah hak anakku ini atasku?” Rasulullah menjawab, “Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya, dan menempatkan pada posisi yang baik.” (hr. at-Tabrani)