Lemon Cheese Cake (with Lemon Tea)

image

pas kmrn baru beli lemon, coba2 resep cake baru. dimodif dikit
tp nya
Here they are :

Bahan:
3 butir telur
2 kuning telur
100 gram gula pasir (ni aq kurangin, kwatir ma si dede'
kbnyakan gula)
35 gram tepung maizena
100 gram tepung terigu
2 sendok makan air jeruk lemon
2 sendok teh kulit jeruk lemon parut
75 gram mentega dilelehkan (aq ga dilelehin)
Keju parut, buat taburannya, bisa jg chocochips atw kismis.
Selai atw ceres jg boleh, tp tunggu udah masak dulu cakenya.

How:
1. Kocok gula dan telur hingga kaku
2. Masukkan maizena dan tepung terigu sambil diayak dan
diaduk rata.
3. Tambahkan kulit jeruk dan air jeruk, aduk rata.
4. Masukkan margarine, aduk perlahan.
5. Tuang ke dalam loyang loaf yang dialasi kertas dan
diolesi margarine.
6. Taburin keju parutnya.
7. Oven selama 45 menit dengan suhu 160 derajat Celsius.
Harusnya pake loyang loaf, tp krn aq ga ada jadi pake loyang
kotak deh, kegedean jd ceper cakenya :D

Karena masih ada sisa lemonnya, aq buat lemon tea, lebih
enak pake es.

Resep dasar dr Lemon Cake duniarecipe.com

Karena Ukuran Kita Tak Sama

seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi

Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.

Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,

“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”

Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.

”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,

“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”

Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.

”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.

“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.

”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”

“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“

“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”

Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,

”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”

‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.

‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.

‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.

Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.

Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.

“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.

“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”

“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.

Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.

Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.

Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.

Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”

by : Salim A. Fillah

Source : http://salimafillah.com/karena-ukuran-kita-tak-sama/

Sup Krim Jagung ala myself

image

Alternatif bumil kalo lagi eneg makan nasi, insyaAllah buatnya gampang :)

Bahan2:
1 buah jagung, dipeeling, kalo bsa abis dipeeling rebus bentar
500ml susu cair (aq pake indomilk UHT, ultramilk jg bsa)
500ml kaldu ayam (aq pake kaldu sapi, ayam lg ga ada hehe)
1 buah bawang bombay, cincang kasar
2 sdm terigu
2 butir telor ayam, dikocok
1 buah wortel, dipotong kotak, bisa diganti brokoli, dll
3 biji cabe merah
2 batang seledri
garam, sesuai selera
gula, idem
merica bubuk, idem
Margarin, buat numis bawang

How?
Tumis bawang bombay
Tuang kaldu, aduk, masukin terigu, aduk
Masukin telur yg udah dikocok, aduk rata
Masukin susu, aduk sampai agak mendidih
Masukin jagungnya
Taburin garam, gula, dan merica sesuai selera
Aduk sampai mendidih, angkat dan hidangkan
Oya, jgn terlalu mendidih, ntar jadinya rada pecah gitu

Happy cooking...

Hidup Sehat Selama Hamil

Co-paste dari blognya dari dr. Prita. Tulisan bermanfaat semoga bisa jadi catatan untuk para calon bunda, terutama saya pribadi :)

-------------------------------------------------------------------------

Perempuan hamil adalah calon ibu yang sehat. Tidak perlu ada pantangan- pantangan makanan tertentu, atau pantangan untuk melakukan aktivitas tertentu. Kalau pun ada, itu adalah pantangan makan makanan yang tidak sehat. Makanan yang seharusnya
dipantang juga oleh yang tidak sedang hamil.

Memang ada kondisi kehamilan risiko tinggi yang menjadikan adanya pembatasan-pembatasan. Tetapi, hamil di usia aman, 20 - 35 tahun, pada umumnya berisiko rendah, Insya Allah.

Berikut ini adalah gaya hidup sehat yang seharusnya dilakukan oleh si calon ibu:

FISIK
• Periksa hamil sesuai jadwal
• Makan makanan 4 sehat 5 sempurna 6 halal
• Minum susu minimal 1 gelas perhari (Susunya tidak harus susu hamil. Bila tidak suka susu dapat diganti dengan makanan sumber kalsium yang lain)
• Makan suplemen multivitamin/ zat besi/ kalsium sesuai anjuran
• Berolahraga (senam hamil, berenang, jalan kaki, yoga, pilates)
• Tidur/istirahat yang cukup
• Hindari semaksimal mungkin paparan polusi jalan raya/industri
• Hindari merokok (aktif maupun pasif)
• Hindari minuman beralkohol, minuman berkafein dan minuman bersoda
• Hindari narkoba
• Hindari konsumsi obat sembarangan tanpa rekomendasi dokter

RUHANI :
• Membaca Al-Qur`an, Hadits, dan Buku-buku Agama
• Mensyukuri kehamilan ini (setiap kehamilan seyogyanya adalah kehamilan yang diharapkan)
• Berpikir positif
• Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah
• Hindari mitos-mitos sesat yang berkaitan dengan kehamilan, misalnya, ibu hamil tidak boleh tidur siang
• Hindari perbuatan-perbuatan sesat sehubungan kehamilan
misalnya, meggantungkan gunting/ jimat2 yang lain di pakaian dalam.

INTELEKTUAL :
• Membaca majalah/buku-buku/browsing internet berkaitan dengan kehamilan dan persalinan untuk mendapatkan informasi yang benar
• Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti kepada dokter/bidan

Jadi, nikmatilah kehamilan ini. Ibu yang bahagia saat hamil, Insya Allah akan melahirkan anak yang berbahagia pula. Tentu saja, selalu ada kerikil-kerikil pengganggu selama 9 bulan kehamilan. Untuk itu diperlukan kerjasama dan pengertian yang baik dari suami dan keluarga terdekat.

27 in 27

Alhamdulillah, tepat 27 April lalu suami menginjak umur 27 tahun. Semoga sisa umurmu berkah dan penuh karya suamiku :)


Semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus untukmu, mengampuni segala kesalahanmu, meridhai setiap langkahmu, menaungimu dengan cinta-Nya, meringankan langkahmu untuk dakwah dan jihad, menjadikanmu manusia yang bermanfaat bagi agama dan ummat ini, aamiin ya Allah...


Uhibbuka lillah...

Menjelang 4 bulan :)

Alhamdulillah… lamaaa bener kaya’nya ga ngotak-ngatik blog. Banyak yang mau diceritain, bisa dijadiin beberapa edisi nih *kaya rajin aja :D

Firstly, Alhamdulillah kehamilan saya insyaAllah awal mei ini menginjak 4 bulan. Mabok-mabok pun sudah berkurang. Soalnya 3 bulan awal saya sempet mabok darat gitu. Muntah sih ga, mualnya itu yang ga pernah absen.

Nah, menginjak 4 bulan ini mual-mualnya sudah berkurang, kadang aja timbul rasa eneg. Berat badan juga turun, tapi perut malah makin maju hehe.. Pipis? Buoh, kaya’ tangki bocor, apalagi kalo malem -__- Beberapa hari lalu saya juga sempet pitam, sempoyongan gitu, eh pas diperiksa hb nya turun. Langsung deh besoknya suami beliin ati ayam :D buat naekin darah katanya.

Dan Alhamdulillah, saat-saat seperti ini saya sangat bersyukur Allah mengirimkan suami saya sebagai teman hidup :) Ya, peran seorang suami benar-benar membantu saya selama proses kehamilan ini. Selama masa-masa mabok suami bahkan ga sungkan-sungkan turut turun membantu kegiatan rumah tangga, bahkan hampir separoh. You’re a gift, Honey :)

Begitu pula perhatian dari orangtua kami. Papa Mama mertua juga ga pernah absen nelpon, gitu juga Ayah Emak. Tentu saja ada pesan sponsornya, jangan ini, jangan itu, hehehe… biasa deh orangtua… Alhamdulillah, mereka selalu menjadi Anugrah terindah :D Orang-orang terdekat ternyata sangat berperan penting untuk sang (calon) ibu dan juga janin yang dikandungnya. Secara kami perantau disini, jadi segala perhatian menjadi sangat berarti.

Tapi sekarang udah mulai nguli lagi hehe… tapinya yang ga berat-berat sih, karena suami juga nglarang. Kwatir kenapa-kenapa juga sama si dede’. Mudah-mudahan si dede’ tetap sehat selalu. We’re waiting for you our dear.. :)

Dan... rasa syukur seluas lautan pun tak akan pernah mampu mengimbangi atas apa yang Allah anugrahkan dalam hidup ini. Semoga setiap kebahagiaan yang diberi tidak melarutkan diri dalam kelalaian. Dan semoga setiap ujian yang diberi menjadi penguat serta penambah kecintaan kami kepada Engkau ya Allah.

*ntar2 disambung lagi yaaa, banyak yg pengen dibagi2…. :D

25 in 25

Tepat tanggal 25 maret lalu umur saya merangkak ke angka 25 tahun. 25 in 25 :D Ada beberapa kejutan hari itu, dari orangtua saya yang datang tiba-tiba membawa kue ulang tahun, feel like i'm still their little girl :) sampai hadiah tak terduga dari Ayah hehe..


Alhamdulillah, dan hadiah terindah itu adalah iman ini yang masih melekat di dada, semoga selamanya. Dan, hadiah terindah itu adalah mereka :) orangtuaku, papa mama mertua, seorang suami luar biasa (words can't tell how much i love you), dan tentu saja, calon jundi yang tengah berproses menjadi insan di rahim saya. Semoga menjadi pejuang sholih/ah yang mengabdi pada agama dan ummat ini :) aamiin..


Segala puji bagi-Mu yaa Rahman, semoga sisa usia ini penuh karya.


"fawats tsiqillahumma raabithatahaa.."

10 “Jangan” Dalam Memberi Nama Anak

Nama merupakan Modal Awal, label, wadah, dan peluang (Wahyudin, Maa, Aku Bisa). Termasuk juga Nama Panggilan. Tidak jarang namanya sudah bagus, eh panggilannya malah sembarangan. Contoh : karena si anak gemuk dan chubby si orangtua memanggil dengan panggilan Gendon, sehingga orang-orang sekitarnya pun memanggil demikian. Singkat cerita sang anak tidak suka sehingga membawa pengaruh buruk pada prilaku sang anak. Niatnya panggilan sayang tanpa sadar malah merusak. Padahal nama asli sang anak Hidayatullah :D (Ust. Fauzil Adhim, Positive Parenting)


Nama saja tidak cukup, harus ada karakter khusus (Brand Image) yang kita berikan pada anak-anak kita. Misalnya Pintar, pemberani, calon penulis hebat, atau calon ilmuwan hebat, dan lain-lain. Brand image ini sebenarnya dibahas lumayan panjang dalam buku yang sedang saya pegang saat ini, judulnya “Maa, Aku Bisa” karya Pak Wahyudin. Mungkin dilain kesempatan bisa dibahas. Akan lebih baik jika kita mengetahui modal awalnya dulu, Nama.


Berikut 10 larangan dalam memberi nama yang saya ringkas dari buku Pak Wahyudin, semoga bisa menjadi bekal kita sebagai orangtua ketika memberi nama anak-anak kita kelak.


1. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama Allah yang memang khusus untuk-Nya. Yaitu nama-nama ketuhanan yang patut disembah (uluhiyyah) seperti misalnya, Malikul Amlak (Raja Diraja), al-Khaliq (Maha Pencipta), al-Ahad (Maha Esa), al-Baqi (Maha Kekal), al-Muqtadir (Maha Berkuasa), Al-Qadir (Maha Kuasa), al-Mutakabbir (Maha Angkuh), al-Malik (Maha Raja), dan al-Khabir (Maha Mengetahui).


Kalau kita ingin menggunakan nama-nama itu harus memakai kata ‘abdu (hamba). Misalnya, ‘Abdullah (Hamba Allah), ‘Abdul Malik (Hamba dari Dzat yang Maha Menguasai), ‘Abdul Qadir (Hamba dari Dzat yang Maha Kuasa).


2. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama Allah yang menunjuk bahwa sifat atau perbuatan itu hanya dapat dilakukan oleh Allah semata. Misal, ar-Rahman (Maha Penyayang), as-Somad (Tempat bergantung dan memohon), as-Salam (Maha Pemberi Ketentraman), ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki), al-Qabid (Maha Penahan dan Pemegang), al-Basit (Maha Pelepas), dan al-Wali (Maha Pelindung).


Kalau kita ingin menggunakan nama tersebut harus menempuh langkah seperti butir sebelumnya, menggunakan kata ‘abdu (hamba). Tetapi untuk nama Allah butir kedua ini agak lunak. Artinya, kalau kita tahu persis bahwa nama-nama Allah yang  kita maksud tersebut bersifat akhlaqi, yaitu mengandung sifat-sifat yang layak kita contoh, maka kita tidak diharuskan memakai kata ‘abdu. Sebagai contoh misalnya, Syakur, Lathif, dan Rasyid.


Namun hemat penulis, akan lebih baik sekiranya tetap menggunakan kata ‘abdu.


3. Dalam memberi nama anak kita, jangan mengikuti kata ‘abdu dengan nama-nama selain Allah, karena dapat membawa kita menghamba pada selain Allah. Contoh nama ‘abdu yang diikuti selain nama Allah, ‘Abdul ‘Uzza dan ‘Abdun Nabi. Contoh nama-nama yang menggunakan kata ‘abdu yang seolah-olah diikuti nama Allah : ‘Abdul Maqsud, ‘Abdul Satar, dan ‘Abdul Maujud.


4. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama golongan Yahudi, Nasrani, Majusi, dan golongan kafir lainnya yang menjadi musuh Islam.


Contoh : George, David, Geozev, Yara, Diana, Gokalin, Indara, Jeklin, Goli, Suzan, Vali, Victoria, Kloria, Lara, Linda, Maya, Manolia, Haidi, Mardat, Jaudat, Haqi, Syirhan, Syirin, dan Nifin.


5. Jangan memberi nama anak kita dengan nama-nama diktator dan tiran atau orang-orang yang sehaluan dengan mereka. Juga, jangan memberi nama-nama anak kita dengan nama-nama yang jahat (terlebih lagi yang dikutuk oleh Allah). Misalnya, Fir’aun, Haman, Qarun, Abu Lahab, Marx, Lenin, Stalin, Freud, Bush, Ariel Sharon.


6. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang tidak memiliki makna, misalnya, Zozo, Fifi, dan Mimi. Kata-kata itu sekedar indah (karena diperindah dengan aliterasi dan asonansi), tetapi tidak memiliki makna.


Sebaliknya kata-kata penguat aqidah sangat dianjurkan untuk dihadiahkan sebagai nama anak-anak kita. Contoh : Mukminin (orang yang beriman), Zuhdi (Zuhud), Iffah (menjaga harga diri), Nasih (setia, tulus, loyal, ikhlas), dan Munbats (Bangkit).


7. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang terlarang oleh adab kesopanan dan perasaan, bermakna pesimisme, patah arang, putus asa, kehilangan harapan hidup, dan tidak yakin akan masa depan. Contoh : Harb (Perang, Pertikaian), Hazn (sedih, susah, muram), Murrah (pahit), Mutadji (yang berbaring lemah, orang yang tidur miring), Himar (Keledai), dan Kalb (Anjing).


8. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang mudah lekang, lekas sirna, melemahkan jiwa anak, serta menimbulkan tertawaan dan ejekan. Misalnya, Syuhat (timbil), Fulful (Cabe), Khaisyah (karung), Jahsy (rusa), Baghal (keledai kecil), dan Fujul (Buah lobak).


9. Jangan memberi nama anak-anak kita dengan kata-kata yang bermakna rendah, hina, porno, menodai rasa malu, serta bermakna cinta membara. Misalnya : cebol, benjol, Hayyam (tergila-gila dalam cinta), Wassal (makelar), Syadiyah (penyanyi), Hiyam (sangat dahaga), Haifa (kecil perutnya), Ahlam (Impian kosong), Ghadab (marah).


10. Jangan memberi nama anak kita dengan kata Muhammad dengan menyatukan gelarnya, Nabi Muhammad saw. Termasul gelar beliau misalnya, ‘Abdul Qasim. Juga jangan memberi nama anak dengan kata-kata yang tidak disenangi oleh Nabi, misalnya : Najih, Nafi’, Aflah, dan Robah.


Demikianlah 10 “jangan” yang perlu kita perhatikan dalam pemberian nama anak.


Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah. Apakah hak anakku ini atasku?” Rasulullah menjawab, “Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya, dan menempatkan pada posisi yang baik.” (hr. at-Tabrani)

Burger Tempe

Dapet resep kreatif dari sini >> Agenda Muslimah, Berbagi dengan Sahabat Muslimah
Happy trying :)

Bahan untuk membuat Tempe Burger:
4 lembar roti tawar, rendam dalam sedikit air, haluskan.
200 gr tempe, haluskan.
50 gr tepung terigu
1 butir telur
1/2 sdt garam
1/4 sdt merica
1/4 sdt pala bubuk
4 sdm margarin

Pelengkap:
Roti bun (roti burger) siap pakai
saus tomat
sambal botol tomat
ketimun
selada

Cara membuat:
1. Campur tempe, tepung terigu, dan roti tawar, aduk hingga rata.
2. Masukkan telur dan bumbu, aduk hingga rata.
3. Bagilah menjadi 4 bagian, dan bentuk bulat pipih.
4. Panaskan margarin, lalu goreng burger tempe hingga matang dan berwarna kuning kecokelatan.
5. Sajikan dalam roti, tambahkan saus tomat dan sambal botol, hias dengan tomat iris, ketimun dan daun selada

Untuk: 4 porsi

sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=184633961643334&set=a.174268369346560.30983.174250539348343&type=1&theater

Enak Tanpa Penyedap?

ImageSejak nikah jadi rada selektif milih makanan, apalagi kalo berkaitan dengan bumbu dapur instant, terutama penyedap. Selama ini saya termasuk emak-emak yang ga pake penyedap kalo masak. Alhamdulillah suami (include me) sudah mulai terbiasa. Kalo menurut suami sih, itu tergantung kebiasaan. Menurut beliau lagi, persentase penyedap mempengaruhi keenakan masakan memang tinggi, menurut hitung-hitungannya bisa sampai 30% ehehe…


Untuk alternatifnya, beberapa bulan belakangan saya tukar dengan bumbu kaldu non-msg yang sekarang ini lagi marak beredar di pasaran. Tapi saya pribadi lebih “merasa aman” ga pake penyedap. Jadi untuk beberapa jenis makanan saja yang kadang saya tambahkan.


Terkait MSG (Monosodium Glutamate), saya banyak baca-baca juga referensi-referensi yang beredar, dari yang pro sampai yang kontra, rasa-rasanya bertabur ya di dunia maya artikel-artikel sejenis. Ternyata banyak juga komentar-komentar yang berisi pengakuan “ga pede kalo masak ga pake penyedap”. Saya juga ga expert untuk menjelaskan lebih mendalam tentang MSG or not. Akhirnya ambil kesimpulan, ya udah deh daripada ragu mending ga usah pake hehehe…


Setelah saya coba telusuri, dari dokumenter, artikel, sampai buku, ternyata kunci “enak” itu terletak pada cara mengolah, variasi bumbu, dan kualitas bahan makanan (alami). Satu lagi, laper hehe…


Saya dan suami pernah nonton mengenai kesederhanaan pengolahan masakan masyarakat Tuscany di channel NatGeo. Disebut sederhana karena masyarakat Tuscany mengolah makanannya dengan bumbu dan cara yang sangat sederhanaaa sekali. Tapi kok masakan mereka tetep enak ya. Ternyata kuncinya ada pada kualitas bahan makanan dan cara mengolahnya.


Ikan yang mereka olah adalah ikan yang segar, baru dipancing di laut langsung dipanggang “cuma dengan” kombinasi 2 bahan saja, minyak zaitun dan daun rosemary. How simple but delicious! Ngliat mereka manggang berasa sampe kesini asap nya, asapnya doank T.T


Begitu juga dengan manggang daging sapi. Daging sapi yang mereka panggang bener-bener daging sapi segar. Dan bumbunya? GA ADA. Iya! Mereka ga pake bumbu. Saya sampe bertanya-tanya, gimana caranya enak kalo ga pake bumbu. Rahasianya ada pada cara pengolahannya, dari cara bolak-baliknya, ukuran waktunya, dll.


Pasti tau Negara Islandia ya. Negara ini terkenal dengan gunung-gunung berapi mereka yang aktif. Mau tau ga salah satu makanan terkenal mereka apa? Roti Gandum yang dipanggang di sekitar gunung berapi! Cara manggangnya, roti gandum ditimbun di dalam tanah sekitar gunung berapi yang memang panas. How cool T.T


Contoh sederhananya lagi adalah sotong. Sotong itu ga perlu penyedap apa-apa loh sodara-sodari. Karena memang sudah ada kandungan dari tubuhnya yang membuat si sotong kalo dimasak jadi gurih.


Yang paling enak itu memang yang alami ya ternyata. Jadi untuk beberapa bulan ini saya sedang “berlatih” untuk menerapkannya, yah walaupun masih belajar. Dari buat kaldu ayam sendiri sampe menyiasati sayur bening. Agak ribet sih, kudu rajin, tapi itu tergantung kebiasaan kan ya.


Beberapa tips sederhana saya dapet dari keluarga, restoran, dan temen-temen halaqah. Ceritanya pas buka puasa bersama tahun lalu saya lagi nyari-nyari cara “gimana biar enak tanpa penyedap?” Nanya-nanya sama mba-mba yang lain, hampir mayoritas pake penyedap. Tapi Alhamdulillah, ada juga yang seide.


Menurut si Mba', untuk mengganti penyedap bisa dengan menambah kuantitas bahan dasar, terutama BAWANG PUTIH dan MERAH. Nah, untuk yang ini saya bisa aplikasikan pada sayur bening, sayur tumis, atau masakan berkuah dan tumisan lainnya.


Dari restoran. Iseng kemarin nyobain rumah makan baru di salah satu mall di Batam. Mesen sayur bayam bening. Testing ceritanya. Soalnya favorit suami dan saya. Eh, nemu yang beda. Selain bumbu dasar lain, si penjual juga menambahkan JAHE dan LENGKUAS di sayurnya. Enak juga.


Kalo dari keluarga, sayur bening bisa dicampur beberapa batang daun KEMANGI. Yang ini favorit saya. Simple. Tapi simple semua kok caranya. Kalo kaldu saya lebih milih buat sendiri, kecuali lagi males hehehe… memang butuh perjuangan ya membuang kebiasaan lama (_ _!)


Kalo ada tips-tips yang lain tambahin yaaa akhwati fillah :) sharing-sharing. Semoga kita bisa mengaplikasikan cara-cara sehat mengolah makanan dalam keluarga kita. We start in our own family first. Happy trying! :)

Mackerel Fish Fillet (Fillet Ikan Kembung Sarden)

ImageMy new creation :) Resep bumbunya aku dapet dari Mama mertua tercinta. Sebenernya resep Sate Ikan Kembung. Tapi dipake buat ikan fillet ternyata oke juga.


Bahan utama :


-          Ikan Kembung Sarden (Mackerel) segar 1 kg


-          Cuci bersih, kemudian pencet-pencet lembut biar dagingnya agak lunak. Jadi bisa dikeluarin dengan mudah


-          Belah ikan satu per satu. Keluarin tulangnya terlebih dahulu. Kemudia kerok deh dagingnya. insyaAllah gampang kok.


-          Siapkan wadah untuk daging ikan yang sudah dikeluarkan.


Bahan Bumbu :


-          6 siung Bawang putih, dihaluskan bersama 4 buah Cabe Merah, Garam dan Penyedap secukupnya (aku pake penyedap al-sultan non-MSG)


-          Daun Seledri 2 Batang, cincang kasar


-          Daun bawang 1 Batang, cincang kasar


Untuk celupannya :


-          1 butir telur


How to :


-          Campur seluruh bahan bumbu dengan daging ikan. Aduk rata dengan tangan.


-          Bentuk daging ikan yang sudah dicampur bumbu, sesuai selera


-          Sebelum digoreng, celupin dulu ke telur yang sudah dikocok, baru deh goreng


Note: Kalo misalnya mau disimpen buat stok, sebelum digoreng, ikan fillet dikukus terlebih dahulu. Jadi kalo mau gorengnya beberapa aja, sisanya bisa disimpan di kulkas.


Happy cooking, Ladies! :)

Make Your Own Cardigan (Cardigan dari Kemeja Lama)

Image

Bahan :

-          Kemeja lama yang sudah tidak dipakai

-          Benang dan Jarum

-          Renda

-          Pena atau pensil untuk membuat pola

-          Gunting


How to :

-          Buat pola

-          Gunting

-          Jahit renda pada tepian yang sudah digunting

And you have your own chic cardigan. Happy making, Ladies! :)

*it’s just an example, you can try with another pattern or model.

Balon Warna Hitam

Kisah Tentang Balon Warna Hitam. Seorang anak yang berkulit lebih gelap dan sedikit hitam di banding teman-teman sebayanya, suatu hari memprotes sang ayah. Ia merasa minder dan tak percaya diri. Ia merasa teman-temannya yang berkulit terang dan lebih putih, lebih unggul, lebih pintar dan lebih pandai dari dirinya, kulit gelap dan kulit terang, warna putih dan warna hitam, telah membuatnya tak merasa sempurna.

Lalu sang ayah mengajaknya ke sebuah pasar, tempat banyak orang menjajakan barang, termasuk seorang penjual balon yang sedang memompa dagangannya.  Ia memompa balon biru, ketika seorang datang membeli, lalu melepaskannya dan balon biru terbang tinggi ke angkasa. Semua orang berseru dan bertepuk tangan gembira. Kemudian ia memompa balon warna merah, untuk seorang anak yang datang dan membelinya, lalu sang anak melepaskannya ke udara, balon merah terbang tinggi ke angkasa. Lalu semua orang berseru dan bertepuk tangan gembira.

Berwarna-warni balon dibeli dan diterbangkan, mengangkasa tinggi, mungkin tak kembali lagi, lalu seorang anak berkulit gelap mendatangi penjual balon dan bertanya. Nadanya sedih, matanya berkaca-kaca. “Pak, apakah balon hitam tak bisa terbang? Apakah balon berwarna hitam seperti balon lainnya yang terbang tinggi ke angkasa?” tanyanya dengan kesedihan membias di wajah.

“Oh, bukan warna yang membuatnya terbang tinggi,” kata sang penjual sambil mencari balon warna hitam. Sang penjual pun lalu dipompanya. Balon hitam pun mengembang, semakin besar, bahkan lebih besar dari balon biru, balon merah dan balon-balon sebelumnya. Setelah mengikat balon, sang penjual memberikannya sebagai hadiah. Lalu anak berkulit gelap itu memegang balon berwarna hitam, kemudian ia melepaskannya ke udara. Balon hitam pun terbang tinggi, tinggi sekali.

“Kini kau tahu, bukan warna yang membuat balon terbang tinggi, tapi isinya,” kata sang ayah yang diam-diam telah memberi uang pada penjual balon sebelumnya. Kini sang anak tahu, bukan kulit gelap atau kulit putih, bukan rambut ikal atau pirang, bukan pula tubuh pendek atau tinggi yang membuatnya berprestasi, tapi isinya. Isinya!

Source : http://penerang.com/2011/03/29/kisah-tentang-balon-warna-hitam/

PART II : Making of Cookies Box with Flanel & Lace (Tempat Kue dari Flanel dan Renda)

Image

Sambungan dari postingan lusa lalu, with the same steps :)

What you need are :

-         Kaleng bekas

-         Kain flanel (bisa warna apa aja, make your own colours) =)

-         Renda karet

-         Benang sari

-         Glue Gun (lem tembak, atau bisa juga pakai lem UHU)

-         Gunting

-         Pena/Pensil (for making pattern on your flannel)


Steps :

-        Bersihkan kaleng

-        Bentuk pola pada flanel, kemudian gunting

-        Tempelkan flannel yang sudah dipola pada kaleng.

-        Tempelkan renda

-        Buat hiasan bagian atas (toping) cookies box-nya. (silahkan berkreasi untuk toping-nya : bunga, kupu-kupu, kue-kue kecil dsb. tapi yang males bisa ikutin toping saya hehe)

-         Tempelkan hiasan yang sudah jadi

-          Voilaa! You make your own cookies box! =)

Oya, kalo masih ada sisa bahan lebih, misalnya perca flanel, kancing, benang sari dsb, bisa digunakan untuk menghias bagian bawah kaleng nya. Kalo ga ada, polos juga gapapa, simple is cool too.

Image

another cookies box :

Image

selamat mencoba! :D

PART II : Making of Cookies Box with Flanel & Lace (Tempat Kue dari Flanel dan Renda)

Image

Sambungan dari postingan lusa lalu, with the same steps :)

What you need are :

-         Kaleng bekas

-         Kain flanel (bisa warna apa aja, make your own colours) =)

-         Renda karet 

-         Benang sari

-         Glue Gun (lem tembak, atau bisa juga pakai lem UHU)

-         Gunting

-         Pena/Pensil (for making pattern on your flannel)

Steps :

-        Bersihkan kaleng

-        Bentuk pola pada flanel, kemudian gunting

-        Tempelkan flannel yang sudah dipola pada kaleng.

-        Tempelkan renda

-        Buat hiasan bagian atas (toping) cookies box-nya. (silahkan berkreasi untuk toping-nya : bunga, kupu-kupu, kue-kue kecil dsb. tapi yang males bisa ikutin toping saya hehe)

-          Tempelkan hiasan yang sudah jadi

-          Voilaa! You make your own cookies box! =)

Oya, kalo masih ada sisa bahan lebih, misalnya perca flanel, kancing, benang sari dsb, bisa digunakan untuk menghias bagian bawah kaleng nya. Kalo ga ada, polos juga gapapa, simple is cool too.

Imageanother cookies box :

Image

Selamat mencoba! :D