Teh Jahe Madu =)

Image
Two mugs of Ginger Tea. Beberapa malam lalu karena suami lagi ga enak badan, saya nya juga, jadi deh buat Teh Jahe Madu. Resep sehat hemat gampang buat emak2 atau bujangers kalo lagi ga enak badan. Bahan-bahannya sederhana.


- Jahe (kira-kira 5 cm, di iris, dikeprek juga boleh)

- Teh (teh celup boleh, yg teh saring juga boleh)
- Madu secukupnya (kalo ada)

- Jeruk nipis (kalo ada aja)
- Air 600 cc (atau sesuai kebutuhan)


How?

- Air dididihkan, udah mulai mendidih masukin jahe. Tunggu kira-kira 5 menitan
- Tuang air jahe panas ke saringan teh. Atau kalo pake teh celup jg gapapa, tp kudu pake saringan, biar ampas jahe ny ga ngikut
- Kalo ada madu sama jeruk nipis lebih enak lagi, manis asem pedes anget :)
- Nikmati selagi hangat

Ni porsi buat 2 orang yaa, Happy tuesday nite :)

13 Desember 2011

Sup Udang

Image

Kemarin suami lagi pengen dibuatin Sup Udang, yang memang lagi pas dengan suasana yang lagi sejuk-sejuknya. Menu ini memang cocok buat musim hujan saat ini. Bikin badan plus suasana makin hangat. InsyaAllah bahannya mudah, begitu juga cara pembuatan juga.

Bahan :

- Udang 1 kg (dikupas)

- Jeruk nipis

- Garam

Kupas udang, cuci bersih. kemudian lumuri dengan garam dan jeruk nipis. sisihkan, sambil mempersiapkan bahan lainnya.

Bahan Bumbu :

- 10 buah rampai, belah dua (sejenis tomat kecil, kalo ga ada bisa diganti dengan tomat biasa)

- Jahe 1 ruas (kira-kira 3 cm)

- bawang merah 7 siung, iris tipis

- bawang putih 4 siung, iris tipis

- cabe rawit 5 biji, atau sesuai selera. potong miring.

- lada bubuk, secukupnya

- daun bawang 2 batang, potong miring tipis

- seledri 2 batang, iris

- garam, secukupnya

- penyedap kaldu ayam,j secukupnya

- air 750 cc

How to cook :

- Panaskan Air bersama kaldu ayam, garam, dan jahe

-  tumis irisan bawang putih dan bawang merah

- lalu masukkan ke dalam air kaldu yang sudah mendidih. aduk sejenak.

- masukkan udang, rampai, cabe rawit, dan lada bubuk. kira-kira 2 menit.

- Setelah semua bahan masak. matikan kompor. baru taburkan daun bawang dan seledri ke dalam sup udang. Voilaa jadi deh =)

- hidangkan selagi hangat

24 Desember 2011

Pindang Ikan Kembung

 
Karena suami peranakan Sumatra Selatan, sekarang jadi lebih sering masak makanan dari daerah Palembang. Tekwan dan Pempek sudah biasa kali ya. Kali ini masak Pindang khas Palembang. Biasanya ikan Patin yang dipakai, tapi karena di daerah sini jarang banget bisa dapet ikan tawar jadinya dituker pake ikan kembung. insyaAllah, bahan-bahannya gampang didapet kok, ngolah nya juga mudah. Happy cooking! :)


Bahan :

- Ikan Kembung kecil 10 ekor

Bahan Bumbu :
- Serai 2 batang (dikeprek, biar gampang di iket, ga di iket juga gapapa)
- Rampai 6 buah (bisa juga diganti tomat 2 buah)- Cabe merah 5 buah
- Cabe rawit 8 atau 9 biji atau sesuai selera (kali aja ga suka pedes)
- Jahe 1 ruas jari (kira-kira 3 cm), iris tipis. ga pake juga gapapa. Mama mertuaku ga pake soalnya.
- Kunyit 1 ruas jari, iris tipis.
- Lengkuas 1 ruas jari, iris tipis.
- Daun salam 5 lembar
- Garam secukupnya (rasa-rasa aja di lidah, kira2 udah pas di lidah berarti ya udah hehe)
- Penyedap rasa secukupnya (aku pake Penyedap As-Sultan Non-MSG)
- Air 800 Ml

Bahan yang dihaluskan :
- Bawang merah 6 siung
- Bawang Putih 2 siung

How to :
- Giling bawang merah dan bawang putih sampai halus, kemudian tumis.- Rebus air hingga mendidih.
- Masukkan semua Bahan Bumbu. Aduk.
- Kemudian masukkan Bahan yang dihaluskan yang sudah ditumis.
- Kemudian masukkan Ikan Kembung satu per satu.
- Masak hingga matang. Hidangkan selagi hangat.


jangan ditinggal nyuci ya, ntar kematengan ikannya rada berubah bentuk gitu, rada ancur maksudnya, lembek, hehe :D

happy cooking ladies! :)

You are What You Write.

Tulisan kita adalah kenangan. Tulisan kita akan selalu ada bahkan selepas kepergian kita. Alangkah beruntungnya bila kita terbiasa menuliskan kebaikan, sebab kenangan itulah yang akan terbaca. Apa jadinya jika yang mampu kita tuliskan hanyalah hal-hal buruk? Maka itulah kenangan kita.

Segala tulisan yang kita tuangkan dalam kertas, atau dalam lembaran-lembaran digital, bukanlah sesuatu yang hanya bisa dinikmati hari ini. Bukan lepas tertuliskan, lantas menguap begitu saja. Segala tulisan kita akan tetap ditempatnya, menunggu untuk dibaca, bukan hanya hari ini, tapi esok dan esok lagi.

Tulisan adalah jariyah. Jika kita memilih untuk menulis – apapun dan dimanapun –, maka pastikan jariyah kita berbuah pahala, dengan menuliskan kebaikan. Jika kita tak mampu menulis yang baik-baik, maka lebih baik tak menuliskan apapun, sebab dosa pun bisa jadi jariyah dan membangkrutkan kita sebangkrut-bangkrutnya.

Setiap hari, kita tak lepas dari tulisan. Dan tulisan yang paling banyak ditulis saat ini adalah tulisan tulisan singkat di social media. Namun Tulisan-tulisan yang singkat dan tampak tak berarti pun mungkin dapat membangkrutkan kita, jika kita memberinya warna yang salah.

Maka sungguh beruntung orang-orang yang menuliskan kebaikan, gagasan-gagasan yang mampu menginspirasi hingga hari akhir. Sungguh senang jika pahala terus melimpah, sebab orang lain berbuat kebaikan dengan asbab tulisan kita, sementara kita menunggu di dalam barzakh.

Alangkah menyenangkannya jika pembaca tulisan kita menyebarkan kebaikan yang pernah kita tuliskan, menuliskannya kembali, lantas orang-orang berbondong-bondong berebut pahala, lagi-lagi sebab tulisan kita.

Dan tentu saja ada orang-orang yang sedang dalam kebangkrutan parah di alam barzakh. Sebab pemikirannya, gagasannya, tulisannya yang menyeru kepada kejahilan disebarkan dengan penuh kebahagiaan oleh pengikut-pengikutnya.

dirangkum dari tulisan Pak Rizky Mukhlisin, berjudul Facebook Sang Tembok Ratapan http://www.fimadani.com/menuliskan-jariyah/

Dari Perbatasan : Tour de Penyengat Island (Kepulauan Riau)

Alhamdulillah 3 Desember 2011 lalu diberi kesempatan mengunjungi kembali Pulau Penyengat. Pulau ini merupakan salah satu tempat mungil nan bersejarah yang terletak di sebelah barat Ibukota Provinsi Kepulauan Riau, Tanjung Pinang. Kali ini kunjungan (sudah) dengan status berbeda, married 

Image

Sedikit mengulik sejarahnya, Pulau Penyengat dahulu merupakan pusat pemerintahan, pengembangan agama Islam, kebudayaan Melayu dan juga merupakan pusat pertahanan negeri Kerajaan Riau. Kerajaan Riau merupakan penerus dari Kesultanan Malaka yang jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511.

Alkisah, Pulau ini sudah lama dikenal oleh Para Pelaut berabad-abad lalu sebagai tempat persinggahan untuk mengambil persediaan air tawar.

Menurut legenda, nama“ Penyengat” diberikan karena pernah Pelaut-pelaut yang sedang mengambil air bersih diserang semacam lebah di Pulau itu, dalam bahasa setempat disebut “Penyengat”. Sejak itu pulau ini disebut Pulau Penyengat. Saat diresmikan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Melayu, pulau ini diresmikan dengan nama “Pulau Penyengat Indera Sakti”. (R. Hamzah Yunus, Sejarah Pulau Penyengat, UNRI Press)

How to reach Penyengat Island?

Image

Kalau dari Batam (Pelabuhan Telaga Punggur), ke Tanjung Pinang dulu. Naik ferry kira-kira 1 jam perjalanan, dengan ongkos PP (Pulang-Pergi) Rp. 85.000,- sudah termasuk pass pelabuhan.

Kemudian dilanjutkan dari Tanjung Pinang (Dermaga khusus) ke Pulau Penyengat. Dengan menggunakan Pancung (sejenis sampan yang ada mesin tempel dibelakangnya). Perjalanan dari dermaga ke pulau Penyengat memakan waktu 10 menitan, dengan ongkos Rp 5.000,- per orang (24 jam).

Setelah sampai disana, kita sudah disuguhkan dengan warna khas Melayu, hijau dan kuning. Pulaunya kecil, nyaman, jalannya pun jalan batu (jalan setapak), jadi untuk mengelilingi Pulau pun bisa jalan kaki, naik sepeda apalagi. Bisa juga dengan menggunakan becak yang biasanya sudah menawarkan diri disekitar dermaga. Tarifnya Rp 25.000,- sekali keliling, dan dengan senang hati biasanya Pak Cik Becak nya bantuin foto-foto hehe Pak Cik-Pak Cik ini juga punya fungsi ganda, selain Pemandu juga ngrangkap sebagai historian dadakan, dengan semangat mereka bercerita tentang peninggalan-peninggalan di Pulau mereka itu. Tapi kalau mau puas bisa dengan jalan kaki aja.

Image

Nah, karena judulnya memang sisa-sisa peninggalan Kesultanan Melayu, ga heran banyak makam-makam tempo dulu yang bisa kita temukan disini, termasuk banyak reruntuhan bangunan. Sampai-sampai di semak hutan nya pun ada makam-makam juga.

Dahulunya satu Pulau ini memang pusat pemerintahan. Jadi ga heran juga banyak bangunan-bangunan istana dan rumah-rumah kerajaan  yang sekarang tinggal puing-puing di sekitarnya. Termasuk makam-makam. For your information, seluruh bangunan lama di Pulau ini dibangun dengan menggunakan Putih Telur sebagai campuran.

Masjid Raya Sultan Riau

Image

Image

Peninggalan pertama yang akan kita temukan saat berpijak di Pulau ini adalah Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 H). Masjid ini satu-satunya bangunan yang sepertinya masih lengkap dibanding situs lainnya. Arsitektur Masjid masih asli, begitupun ornamen didalamnya. Dalam riwayat lain Masjid ini dibangun dengan menggunakan Putih Telur sebagai campuran kapur untuk memperkuat beton kubah. Didalamnya juga masih tersimpan kitab-kitab dan foto-foto lama. Wangi tahun 1800’an masih terasa.

Oya, didalam Masjid dilarang berfoto-foto dan handphone harus di-silent. Saat masuk Masjid juga penjaganya biasa langsung nyuruh pengunjung shalat sunat daripada planga-plongo dulu keliling Masjid. Selain itu, sebelum masuk gerbang Masjid, sudah terpampang tulisan “Tidak diizinkan masuk bagi yang tidak berpakaian sopan dan rapi.” Tapi ukuran sopan dan rapi sepertinya setiap orang beda-beda ya Soalnya pas saya masuk sama suami, masih ada yang cuma pake kaos dan celana ketat. Beda banget waktu saya (masih single waktu itu *penting hehe) mengunjungi beberapa situs sejarah di Aceh Darussalam. Salah satunya Makam Syaikh Syiah Kuala, guider saya yang sebenarnya sudah pakai baju muslimah, karena bawahannya celana kulot, disuruh pakai sarung (sudah disediakan penjaganya). Padahal ke makam itu, apalagi ke Masjid yak.

Image

Gerbang Depan Masjid

Image

Halaman Depan Masjid

Makam Engku Putri (Raja Hamidah), PermaisuriSultan Mahmud

Image

Dahulunya merupakan bangunan yang memiliki atap bertingkat-tingkat dengan hiasan indah. Pada pemugarannya kemudian hari disederhanakan menjadi seperti sekarang ini. Mungkin anggarannya juga sederhana kali ya 

Didalam nya juga terdapat makam Raja Ahmad (Penasihat Kerajaan), Raja Ali Haji Fisabilillah (Pujangga Kerajaan, Penulis Gurindam 12), Raja Haji Abdullah (Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga IX) dan istrinya Raja Aisyah (Permaisuri), serta kerabat Engku Puteri lainnya.

Mengenal Engku Puteri. Engku Puteri adalah wanita berpengaruh dizamannya, dikenal dalam sejarah Riau-Lingga, Johor dan Pahang. Memiliki pengaruh kuat dalam keputusan kerajaan, dan juga pejuang dalam pertempuran melawan Belanda bersama Raja Ali Haji (1782-1784). Ia merupakan istri dari Sultan Mahmud. Pernah mengembara hingga daerah Sekudana dan Mempawah (Kalimantan Barat). Dan akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di Pulau Penyengat pada Juli 1844. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan dan Alun-alun di Kota Batam.

Makam Raja Jaafar  Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga Johor dan Pahang IV (1805-1832)

Image

Raja Jaafar dikenal juga dengan nama Marhum Kantor. Masa pemerintahannya merupakan masa-masa sulit karena berada ditengah-tengah masa transisi perebutan supremasi kekuasaan barat (Inggris dan Belanda).

Dahulu bangunan ini merupakan bangunan indah dengan pilar-pilar, kubah-kubah dengan ukiran timbul, dan kolam air wudhu yang megah (dulunya Masjid). Nyaris hancur karena tidak ada usaha perbaikan dari Pemerintah. Pemugaran baru dilakukan pada tahun 1981.

Gedung Mesiu (Gedung Obat Bedil)

Dahulunya ada 4 buah Gedung, sekarang tinggal 1 buah, lainnya musnah tinggal bekas-bekasnya. Masuk ke dalam ademnya ga perlu AC, soalnya beneran ternyata dindingnya tebel 1 hasta. Pada masanya dulu digunakan sebagai tempat penyimpanan mesiu atau orang melayu bilang “obat bedil”.

 Image

Gedung Mesiu

BUKIT KURSI

Image

Di bukit kursi terdapat beberapa makam, diantaranya makam Raja Abdul Rahman (Yang Dipertuan Muda Riau VII), makam M. Arifin (Datuk Perdana Menteri Kerajaan Indera Giri Hulu), serta Benteng-benteng dan Parit Pertahanan (tinggal sisa-sisa). Nyaris rusak berat karena kurang terawat, hingga akhirnya diadakan proyek  pemugaran pada tahun 1982.

Sejumlah pucuk meriam yang sebelumnya ditempatkan di benteng-benteng tersebut pada tahun 1930’an telah di angkut ke Temasek  (Singapura), dijual sebagai besi tua oleh Pemerintah Belanda. Sebagian di angkut ke Tanjung Pinang sebagai hiasan di pinggir-pinggir jalan dan disekitar kantor pemerintahan. Bujug, padahal dulu buat perang ya 

Istana Kantor

Istana ini dibangun oleh Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII (1844-1857). Disebut Istana Kantor karena untuk pertama kalinya dalam Kerajaan Riau Istana difungsikan sebagai kantor juga. Kondisi bangunan bisa anda lihat seperti dibawah ini.

Kompleks Istana Kantor

Masih banyak lagi sisa-sisa peninggalan di Pulau Penyengat. Di antaranya Bekas Gedung Tengku Bilik (Istri dari Tengku Abdul Kadir), Bekas Istana Sultan Abdul Rahman Muazam Syah, Bekas Gedung Rusydiah Klab dan Percetakan Kerajaan (Percetakan Mathba’atul Riauwiyah), Bekas Gedung Engku Haji Daud (Tabib Kerajaan), Makam Raja Haji Teluk Ketapang (Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga Johor dan Pahang VI, Ayah dari Engku Puteri Raja Hamidah), Makam Habib Sekh (ulama di zaman Kerajaan Riau), Taman Pantai (dimasanya merupakan sarana rekreasi megah kerajaan, sekarang puing), dan bangunan-bangunan kerajaan lainnya.

Namun seperti judulnya, sisa-sisa. Ada yang sudah rata dengan tanah, tertutup semak-semak, puing-puing, dan kondisi memprihatinkan lainnya. Padahal potensi wisata di daerah ini, dan juga Kepulauan Riau umumnya sangat besar dari sektor pariwisata.

Oleh-oleh

Image

Di Penyengat jangan lupa beli Otak-otak ya. Udah rasa. Enaaakkk…..Saya dan suami sampai habis 10 tangke. Harganya Rp 1.000/ biji, kalau di Tanjung Pinang ada juga yang jual Rp 500,-/biji.

Tanjung Pinang dan sekitarnya memang gudangnya Otak-otak. Pusat penjualannya bisa  ditemukan di pinggir-pinggir pelabuhan. Pokonya kalo dari Pinang pasti yang ditanyain, “otak-otaknya mana?”

Oleh-oleh lainnya biasanya kerupuk ikan, souvenir khas melayu dan kerajinan penduduk setempat. Bisa dibeli di tempat souvenirnya atau di pinggir-pinggir jalan. Selain itu daerah Kepulauan Riau terkenal dengan Kuliner Lautnya.

And at last but not at least, Alhamdulillah, mungkin karena itu ya kita dianjurkan utuk bersafar (melakukan perjalanan). Menambah wawasan, banyak ide dan ilmu yang didapat, ukhuwwah yang tersambung, dan otak kembali fresh.

Berikut beberapa momen yang terekam di-camera. Enjoy Riau Archipelago! 

 

Dermaga di depan Balai Adat

Perkampungan Nelayan Pulau Penyengat

Salah satu sudut kota Tanjung Pinang

Balai adat

Dalam Balai Adat

 Ujung Perbatasan, 05 Desember 2011

Untukmu yang Mengharamkan Kata “Jangan”: Adakah Engkau Telah Melupakan Kitabmu?

Image

“Al-Qur’an itu kuno,  Bu, konservatif, out of dated!. Kita telah lama hidup dalam nuansa humanis, tetapi Al-Qur’an masih menggunakan pemaksaan atas aturan tertentu yang diinginkan Tuhan dengan rupa perintah dan larangan di saat riset membuktikan kalau pemberian motivasi dan pilihan itu lebih baik. Al-Qur’an masih memakai ratusan kata ‘jangan’ di saat para psikolog dan pakar parenting telah lama meninggalkannya. Apakah Tuhan tidak paham kalau penggunaan negasi yang kasar itu dapat memicu agresifitas anak-anak, perasaan divonis, dan tertutupnya jalur dialog?“ Katanya sambil duduk di atas sofa dan kakinya diangkat ke atas meja.


Pernahkan Bapak dan Ibu sekalian membayangkan kalau pernyataan dan sikap itu terjadi pada anak kita, suatu saat nanti?


Itu mungkin saja terjadi jika kita terus menerus mendidiknya dengan pola didikan Barat yang tidak memberi batasan tegas soal aturan dan hukum. Mungkin saja anak kita menjadi demikian hanya gara-gara sejak dini ia tidak pernah dilarang atau mengenal negasi ‘jangan’.


Saat ini, sejak bergesernya teori psikoanalisa (Freud dan kawan-kawan) kemudian disusul behaviorisme (Pavlov dan kawan-kawan), isu humanism dalam mendidik anak terus disuarakan. Mereka membuang kata “Jangan” dalam proses mendidik anak-anak kita dengan alasan itu melukai rasa kemanusiaan, menjatuhkan harga diri anak pada posisi bersalah, dan menutup pintu dialog. Ini tidak menjadi masalah karena norma apapun menghargai nilai humanisme.


Tidak perlu ditutupi bahwa parenting telah menjadi barang dagangan yang laris dijual. Ada begitu banyak lembaga psikologi terapan, dari yang professional sampai yang amatiran dengan trainer yang baru lulus pelatihan kemarin sore. Promosi begitu gencar, rayuan begitu indah dan penampilan mereka begitu memukau. Mereka selalu menyarankan, salah satunya agar kita membuang kata “jangan” ketika berinteraksi dengan anak-anak. Para orang tua muda terkagum-kagum member applausa. Sebagian tampak berjilbab, bahkan jilbab besar. Sampai di sini [mungkin] juga sepertinya tidak ada yang salah.


Tetapi pertanyaan besar layak dilontarkan kepada para pendidik muslim, apalagi mereka yang terlibat dalam dakwah dan perjuangan syariat Islam. Pertanyaan itu adalah “Adakah Engkau telah melupakan Kitabmu yang di dalamnya berisi aturan-aturan tegas? Adakah engkau lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”?


Salah satu contoh terbaik adalah catatan Kitabullah tentang Luqman Al-Hakim, Surah Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah ini dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman itu orang yang Dia beri hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“walaqod ataina luqmanal hikmah..” dst)


Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat 13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya “Wahai anakku, JANGANLAH  engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.


Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “laa” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqman kepada  anaknya, yaitu “laa tusyrik billah”, “fa laa tuthi’humaa”, “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”


Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”. Pun demikian   dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.


Adakah pribadi psikolog atau pakar parenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman?  Tidak ada. Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.


Membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar. Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang, tetapi karena lebih memilih berdamai. Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya. Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut dosa, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya.


Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiyatan bertebaran karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”. Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi “mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.


Itulah sebenar-benar paham liberal, yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan.


Jadi, yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal. Simpan saja Al-Qur’an di lemari paling dalam dan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini.


Oleh : Yazid Subakti


Sumber : www.fimadani.com/untukmu-yang-mengharamkan-kata-“jangan”-dalam-mendidik-anak-adakah-engkau-telah-melupakan-kitabmu/

The Historian (Sang Sejarawan)


Kemungkinan buku ini saya beli tahun 2008. karena biasanya saya menintakan tanggal dan lokasi pembelian di setiap buku yang dibeli. sepertinya buku ini memilih untuk menjadi misterius saja :)

tentu saja saya tertarik karena latar belakang novel ini, SEJARAH! i love history. inti dari novel ini terakumulasi dalam satu pertanyaan, "Mungkinkah dracula masih hidup?" and you'll find when you read it.

ceritanya lambat dan detail, dari landscape lokasi sampai detail kejadian. bacanya kudu sabar. dan itu yang buat buku ini seru. semakin ke halaman selanjutnya bikin makin penasaran "what next?". buku ini sepertinya masih terbit. dulu belinya di Gramedia, harga masih Rp 120.000,-. dan TEBAL :D tebalnya 768 halaman. like i said, bacanya memang wajibul kudu sabar. berikut sinopsisnya.

SINOPSIS
Suatu malam, di perpustakaan ayahnya, seorang wanita muda menemukan sebuah buku kuno dan sekumpulan surat yang sudah menguning. Semua dokumen itu mengantarkannya ke kekuatan paling kelam yang pernah dikenal umat manusia---dan perburuan berabad-abad untuk menemukan sumber kegelapan itu serta memusnahkannya: perburuan Vlad si Penyula, yang lebih dikenal dengan nama Dracula.

Perpustakaan berdebu universitas-universitas ternama di Amerika Serikat, Istanbul, Budapest, dan pedalaman Eropa Timur pun ditelusuri demi mengumpulkan petunjuk.

Hingga akhirnya muncul pertanyaan mengerikan: mungkinkah Dracula masih hidup?

*** Lokasi-lokasi yang eksotis, sejarah yang memikat, warisan keluarga, dan cinta si haus darah: sulit membayangkan para pembaca tidak akan terpikat juga. --Publishers Weekly


Pengolahan plot yang dilakukan Kostova dengan ahli dan antusiasmenya yang menggebu-gebu tentang topiknya menjadikan buku ini sangat memuaskan. --Guardian

Kostova dengan lihai menggabungkan fakta, fiksi, dan sejarah… --The Jakarta Post

rabytah.multiply.com/reviews/item/32/The_Historian_Sang_Sejarawan_Elizabeth_Kostova

hari ini tanpa mu, Nak

Ayah rindu. Bunda rindu.
mengikhlaskan mu
karena kita milik-Nya, juga kamu
Ramadhan ini tanpa mu, Nak
tapi cita-cita besar harus tetap tertinta
gegas langkah mulia harus tetap terbina
dan mengikhlaskan mu
adalah istirahat
malam ini tanpa mu, Nak
Ayah rindu. Bunda rindu.

*selarik rangkaian, mengenangmu, buah hati kami...

Status 1 vs Status 2 vs Status 3 dst…

Status mu harimau mu. Karena tulisan perwakilan hati dan mulut. Perkara status versus status ini dulu pernah dibahas oleh salah satu rekan saya sesama multiplier, Om Anes (http://aneshusen.multiply.com). Om Anes mengkodefisikannya menjadi Kijang 1 vs Kijang 2 vs Kijang 3 dll. Tafsir dari kode ini adalah :


Ketika Kijang 1 “merasa” tersindir dengan status/quicknote/journal yang diposting oleh Kijang 2, maka Kijang 1 “membalas” membuat status/quicknote/journal yang bertujuan untuk menyindir Kijang 2. Eh ternyata saudara-saudara yang tersindir bukan hanya kijang 2, tetapi kijang 3 dan kijang 4 yang entah darimana asalnya ikut tersindir. Kijang 2, 3, 4 pun berbuat hal yang sama seperti kijang 1. Dan ternyata lagi saudara-saudara, yang tersindir malah kijang 5, 6, 7, dan 8. Akhirnya makin banyak kijang-kijang yang bertebaran di dunia maya.


Itu tafsir bebas. Ini hal nyata. Dulu banget, saya juga pernah melakukan kesalahan yang sama. Saya pernah posting quicknote yang isinya keluhan tentang contact Facebook saya yang berbalas  status dengan pasangannya, sampai satu komplek facebook tau kalau mereka lagi berantem, padahal itu aib keluarga mereka. Ujug-ujug saya bukan menyelesaikan masalah, karena ternyata justru contact saya di Multiply yang tersinggung.


Tentu saja masalahnya di saya. Kalau niat menyelesaikan ya tegur langsung dengan cara yang baik pada yang bersangkutan. Lagian masalahnya di Facebook kenapa saya ngepostnya di Multiply coba (sumpah saya nyesel banget). Akhirnya cuti dari Multiply.


Tidak sekali. Dulu-dulu pernah juga saya ngepost status yang inti isinya : “if you feel uncomfort with me, please remove me from your friendlist.” Terakhir-akhir yang message ke inbox banyak Sampai seorang teman saya ngomong : “It’s just not like you at all, Ra.” Tobat.


Dan tak jarang pula perkara “status” akhirnya malah membongkar aib sendiri. Merasa ini, adukan kesini, yang disana merasa, buat status yang sama, yang kesinggung beda, adukannya ke yang lain pula, bidikan utama yang ingin disinggung malah tak merasa apa-apa. Jyah! Panjang :D Masalah bertambah. Baiknya seorang Muslim jika tidak bisa berkata yang baik, maka diam adalah yang terbaik.


Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam…………” (hr. Bukhari - Muslim)


Jadi tak heran lahir “pribahasa” Status mu adalah harimau mu. Karena efeknya mewabah. Oleh karena itu, ada baiknya hindari menulis status pada saat pikiran kita kusut atau sedang marah dan kesal pada seseorang, apalagi jika itu pasangan kita. Karena hal yang sangat mengkhawatirkan jika seseorang lebih nyaman mengkomunikasikan masalah keluarga pada facebook ketimbang dengan pasangannya sendiri.


Tips lain yang saya dapat dari salah seorang Penulis adalah, hidden his/her post. Ini saya lakukan kalau postingan seseorang sudah sangat mengganggu, atau mayoritas postingan isinya keluhan. Mengeluh tidak menyelesaikan masalah. Sebaiknya kita juga menghindari menulis “status atau note-note yang tidak punya penyelesaian”. Apa itu?


Ini contoh : “Rambut kok diwarna-warnain kaya’ gulali.”


Ada baiknya yang kita posting adalah sebuah tulisan pencerahan yang bisa berisi efek rambut diwarnain, atau seperti apa mewarnai rambut yang diperbolehkan. Yang baca juga tercerahkan, minimal kita sudah menyampaikan. Kadang maksud hati menyindir yang diluar, ujung-ujungnya yang didalam tersinggung semua. Kan kita tidak tau latar belakang seluruh contact kita. Status sesingkat itu tidak menjelaskan apa-apa kecuali cibiran kita saja.


“Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya.” (Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti, Kitab Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 47)


Seseorang dapat dilihat dari lisan nya. –‘Ali bin Abi Thalib


Allahu a’lam bish showab. Sile kalau mau ditambah atau dikurang. Semoga menjadi pengingat untuk kita bersama


*btw akhirnya saya nulis lagiii, dengan status baru, a wife, hehe….


ujung perbatasan, 25 Juli 2011


http://rabytah.multiply.com/journal/item/119

Kangkung Tauco + Udang Sambel


masakan perdana di rumah sejak berstatus double (resep asli dari suami *hehe). hari ini juga hari pertama saya nggiling cabe *terharu. ternyata jadi ibu rumah tangga butuh perjuangan. apalagi masih baru :) mesti banyak belajar, mudah-mudah ke depannya saya bisa lebih baik lagi :D


buat yang baru belajar masak, resepnya gampang kok, cuma cara buatnya rada "underground", secara saya baru pertama. tapi dari gaya saya ngulek kata suami saya punya bakat sih, bakat jualan pecel :D


takaran resepnya pas buat makan pagi, siang, malem (nambah2 dikit jg gapapa). jadi bisa sekali aja, masaknya (hemat hehe..) kecuali yang suami nya banyak makan *nglirik suami keki...


resep Sambel Udang :


- udang 1 kg (boleh dengan kulit atau ga dengan kulitnya ga masalah, tapi tadi ga pake kulit, biar ga ribet pas makan)


- bawang putih 3 siung


- bawang merah 3 siung


- cabe secukupnya (10 buah)


- tomat 1 biji


- garam secukupnya


- gula merah (tapi tadi ga dipake -_-" lupa)


- ulekan *penting nih :D


cara masak :


- ulek bawang putih, merah, cabe, tomat, garam


- udang digoreng


- kalau udang udah mateng, baru deh bumbu yang udah di ulek tadi di masukin, goreng sampai mateng



resep Kangkung Tauco :


- kangkung setengah ikat


- cabe 3 atw 4 biji di iris miring


- tomat 1 biji di iris


- bawang merah dan bawang putih 3 biji di iris


- garam secukupnya


- air setengah gelas


cara masak :


- iris semua bumbu, kemudian goreng


- oseng-oseng bentar, lalu masukin air


- setelah mendidih, baru deh garam


- terakhir masukin kangkung nya, tunggu sampai kangkun nya layu


selamat mencoba :D kalo ada yang kurang tambahin ya', maklum, new comer :D

10 Bersaudara Bintang Al Qur'an [Sebuah Perjalanan dari Kisah Nyata Membesarkan Anak Menjadi Hafiz al-Quran]

Highly-recommended. Inspiring book. Kalau akhir-akhir ini beberapa postingan saya baik di multiply maupun facebook banyak yang bertema keluarga, it’s taken from this book. Buku ini cocok dikonsumsi oleh orangtua, guru, calon orang tua, para bujang lapuk, juga dara-dara yang gemar mencuci baju.


Buku ini tidak hanya berkisah, tapi juga sukses membagikan ide dan inspirasi. Menuturkan kisah nyata dari pasangan Ustadz Mutamimul ‘Ula (Ust. Tamim) dan Ibu Wirianingsih (Ibu Wiwi) yang berhasil membesarkan 10 orang anak-anaknya menjadi hafiz-hafizah al-Quran yang tidak hanya cerdas secara ukhrawi, tapi juga cerdas secara duniawi.

Baik Ustadz Tamim dan Ibu Wiwi sebenarnya bukan seorang hafiz-hafizah. Ust. Tamim hanya memiliki hafalan sekitar 3 hingga 5 juz, sementara Bu Wiwi baru menghafal 2 juz. Lantas bagaimana mereka bisa mendidik putra-putrinya menghafalkan al-Quran?
Jawabannya sederhana, tapi memiliki makna dan perjuangan luar biasa. Keyakinan yang kuat dan kecintaan untuk kembali kepada al-Quran itu saja yang mendasari pasangan ini untuk membuat anak-anaknya menjadi penghafal al-Quran. Ke semua anak-anaknya sejak masa kanak-kanak telah dikenalkan dan bergaul secara intensif bersama al-Quran. Ust. Tamim dan Bu Wiwi sendiri yang merancang kurikulum berbasis al-Quran bagi putra-putrinya.

Mereka berprinsip bahwa pendidikan anak adalah tugas terintegrasi antara Ayah dan Ibu. Sang Ayah haruslah seseorang yang memiliki visi besar tentang pendidikan dan Ibulah yang akan menjalankan misinya, mengisi kerangka.

Bagaimana Bu Wiwi bisa memiliki pandangan seperti itu? Lagi-lagi dia menyandarkan diri pada al-Quran dan sunnah, dan sirah nabawiyah. Ketika al-Quran berbicara tentang pendidikan anak, yang pertama kali diceritakan adalah kisah Luqman. Dia adalah Ayah yang mengajarkan tauhid pada anaknya.

“Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar.” (QS. Luqman : 13)

Tauhid adalah basis kehidupan beragama. Luqman, sebagai Ayah, menanamkan visi tauhid itu kepada anaknya. Begitupun Nabiyullah Ibrahim yang berhasil menanamkan keyakinan pada anak dan istrinya sehingga dapat menerima keputusan Allah swt. Hanya logika keimananlah yang dapat membawa mereka tetap berjuang teguh dijalan-Nya.

Kisah-kisah inspiratif dari al-Quran tersebut yang membuat Bu Wiwi dan suaminya bertekad bahu membahu mewujudkan impian mereka. Baik Bu Wiwi dan Ustadz Tamim bukanlah orang-orang yang tidak sibuk, mereka sepasang aktivis yang telah lama berkecimpung didunia dakwah. Bu Wiwi yang pernah tercatat sebagai pengurus besar PII (Pelajar Islam Indonesia) Jawa Barat sekarang menjabat sebagai Ketua SALIMAH dan staff Kaderisasi DPP PKS, aktif di ASA (Aliansi Selamatkan Anak Bangsa) sebagai ketua, dan presidium BMOIWI. Begitu juga Ustadz Tamim, pernah tercatat sebagai mantan Ketua Pengurus Besar PII dan sekarang aktif sebagai legislator DPR Ri fraksi PKS.

Rumah merekapun sejak awal telah direncanakan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ditengah-tengah kesibukan Bu Wiwi masih sempat mengundang anak-anak tetangga untuk belajar al-Quran. Tetangga adalah saudara terdekat dan sesikit banyak mempengaruhi pol piker dan prilaku anak-anaknya. Karena itu, sebelum saudara terdekat itu memberikan pengaruh yangtidak sesuai dengan visi. Misi dan konsep keluarga yang diyakininya, Bu Wiwi segera menebar pengaruh pada mereka. Sebuah langkah cerdas yang penuh hikmah.

Pendidikan anak bukanlah tanggung jawab seorang Ibu saja. Itu adalah keyakinan istimewa yang diyakini Ust. Tamim dan Bu Wiwi. Pendidikan anak adalah tanggung jawab orangtua. Dalam konsep pemikiran mereka, Ayah adalah peletak dasar pertama dan pemberi arah bagi pendidikan anak dan keluarganya. Baru setelah itu, Ibu menjadi pelaksana bagi konsep dasar dan filosofi dari pendidikan anak ditengah-tengah keluarga.

Jika komitmen telah tertanam kuat, hasil bisa diuji dan dibuktikan dengan amaliah. Segala yang tidak dipertaruhkan mustahil mendapatkan kemenangan. Visi yang kuatlah jawabannya. Visi menjadi pondasi bagi sebuah cita-cita besar dalam proses pembimbingan putra-putri Ust. Tamim dan Bu Wiwi. Visi yang begitu kuat diyakini, dikembangkan menjadi tahapan-tahapan misi serta rencana strategis untuk mencapainya. Visi yang mereka tekadkan sudah jelas, yakni putra-putri mereka harus tumbuh menjadi penghafal al-Quran. Mereka kemudian merancang misi itu bersama-sama.

Lagi-lagi, dorongan itu terletak kepada keyakinan. Keyakinan bahwa saat seorang anak yang memiliki bacaan, hafalan dan intensitas dalam berinteraksi al-Qurannya bagus, semuanya akan bagus. Artinya, prestasi duniawi pun akan bergerak mengikuti prestasi ukhrawi berupa kemampuan menghafal al-Quran. Ust. Tamim meyakini bahwa al-Quran adalah ilmu dasar bagi segala ilmu. Al-Quran berbicara tentang biologi dalam banyak ayat, tentang astronomi, tentang sastra, dan berbagai dasar ilmu lainnya. Al-Quran akan membantu memahamkan apapun ilmu duniawi yang akan ditekuni putra-putrinya kelak di kemudian hari.

Memulai dari diri kemuadia keluarga, sebuah prinsip yang tidak hanya teori saja, tetapi secara konsisten diterapkan dalam keluarga Ust. Tamim dan Bu Wiwi. Ditengah-tengah kesibukan Ust. Tamim yang luar biasa sebagai legislator, dai dan anggota masyarakat, keluarga tetap menjadi pusat perhatiannya. Ust. Tamim menyadari, keluargalah tempat menyemai peradaban yang sebenarnya. Sering kita lihat dalam realitas, bahwa banyak putra-putri dai-daiyah ataupun tokoh masyarakat tidak mampu mewarisi keteladana orangtuanya dimasyarakat dan tidak mampu meneruskan kepemimpinan orangtuanya.

Apa kunci keluarga Ust. Tamim? Keseimbangan proses. Walaupun mereka berdua sibuk tapu mereka memiliki jadwal ruhiyah dalam keluarga, pun mereka menjalankan funsi control selaku orangtua dalam dalam ibadah putra-putrinya. Berinteraksi dengan al-Quran berhasil ditanamkan sebagai kebiasaan putra-putri mereka sehingga takdir menjadi para penghafal al-Quran menjadi hak mereka. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Stephen Covey, seorang pakar kepribadian, “Tanamlah kebiasaan maka engkau akan menuai takdir.”

Kedekatan dengan putra-putrinya dibangun Ust. Tamim dengan media komunikasi dan dialog intensif sejak mereka masih kanak-kanak. Kecenderungan anak-anak untuk menanyakan apa saja yang ingin diketahui mereka direspons Ust. Tamim dengan menyediakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Ust. Tamim berperan sebagai Ayah sekaligus teman diskusi bagi anak-anaknya. Dia menganggap anak-anak seperti pita kosong yang siap diisi oleh apa saja, sesuai fitrahnya.

Lengkapnya baca bukunya aja ya. It’s very highly-recommended :D Trust me.

*untuk yang di Batam, aku belinya di Fatahillah, Panbil Mall Batam. Ini cetakan ketiga sih. Harganya sekitar 25.000-27.000. Lupa -__-“ dah lama sih. Baru sempet keposting hari ini.

http://rabytah.multiply.com/reviews/item/29
This entry was posted in

“Kamu selama ini ngapain aja?”

Yoyoh Yusroh, anggota DPR dari PKS, bercerita kepada Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Indonesia bahwa dia pernah bertemu dengan Ummu Mus’ab dan Ummu Hamzah, wanita Palestina.

Hari Sabtu 9 Januari lalu, dia bercerita pernah ditanya oleh salah satu wanita Palestina itu. “Anak saya 13 orang,” jawab Yoyoh. “Hah tiga belas,” bisik para aktifis LDK yang kaget mendengar jumlah tersebut. Kedua wanita Palestina itu biasa saja mendengar jawaban Yoyoh. “Karena anak mereka minimal 14 orang,” kata Yoyoh yang membuat para mahasiswa semakin kaget lagi.

Pertanyaan kedua muncul untuk Ibu anggota DPR ini. “Kamu hafal al-Qur’an?” tanya Ummu Mus’ab. “Belum sampai 20 juz,” jawabnya. Kemudian ditanya lagi berapa usianya. Yoyoh menjawab 41 tahun. “Kamu selama ini ngapain aja?” tanya Ummu Mus’ab. [erdy]

dari Kolom Silaturahim Majalah SABILI No.14 TH. XVI 3 Shafar 1430

http://rabytah.multiply.com/journal/item/81