20 Januari 2014. Tidak ada yang tau bahwa hari itu adalah hari terakhir kami melihat kamu, Nak. Umi sedang memompa asi di depan kamu, Abi dan Abang pun sedang ngobrol dengan kamu. Tidak ada yang tau tatapan kamu pada kami hari itu adalah yang terakhir. Tidak ada yang tau hari itu hari terakhir kamu menatap Umi. Hanya Allah yang Maha Tau bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik bagi kami dan kamu.
16 Januari 2014. Sehari sebelum kelahiran kamu. Abi bahkan masih sempat beli AC dan kasur baru, katanya biar kamu makin nyenyak bobonya, ga diganggu nyamuk. Biar Abang juga bisa bobo sama kamu. Tapi Allah Maha Pemilik Rencana Terbaik anak ku.
[caption id="attachment_2015" align="aligncenter" width="264"]

Abang Arkan. sejak kamu lahir abang ikut nginep nungguin kamu[/caption]
17 Januari 2014. Hari Kelahiran kamu. Alhamdulillah Jumat 17 Januari 2014 kamu yang kami cinta lahir ke dunia ini melalui persalinan normal, sungguh kami merindukan kamu. Tapi kondisi paru-paru kamu belum sempurna kata Dokter. Sejak lahir kamu harus dibantu Oksigen. Umi harus bolak balik kamar inap dan ruang inkub untuk menyusui kamu, ibu2 bidan sampai heran, umi ga kaya' orang habis lahiran. Mungkin itu karena kamu sayang, kekuatan umi pulih karena kamu. Setiap hari Abi umi dan abang berharap kamu segera pulih dan kita pulang ke rumah.
[caption id="attachment_2012" align="aligncenter" width="440"]

Jumat, 17 Januari 2014[/caption]
[caption id="attachment_2013" align="aligncenter" width="440"]

Jumat, 17 Januari 2014[/caption]
20 Januari 2014. Kepergian kamu. Allah sangat mencintai kamu. Detik-detik terakhir kamu bersama kami, kita habiskan dengan berjuang bersama. Abi tak henti2nya berdoa menyentuh kaki mungilmu. Umi bersama airmata tertahan tak henti2nya menggenggam tangan mungil mu. Tapi apa daya manusia Nak. Dokter dan ibu2 bidan telah berusaha keras. Tangis Abi pecah. Airmata umi berhamburan. Hati kami luka tak berdaya hari itu. Kamu pergi meninggalkan Abi umi dan Abang. Dalam titik nadir sempat tertanya dalam hati dan harap umi, kenapa harus umi? kenapa harus abi mu? kenapa harus laki2 yang umi cintai? Hari itu adalah titik terendah dalam hidup Umi.
[caption id="attachment_2014" align="aligncenter" width="264"]

Senin, 20 Januari 2014[/caption]
Hari ke hari Abi dan Umi berusaha mengobati hati. Tidak ada tangis kamu Arman anakku. Tapi Allah lebih tau Nak, Allah Mata Tau yang terbaik untuk kamu dan kami. Telah ketetapan-Nya kehidupan dan kematian sejak ruh tertiup. Satu-satunya yang menghibur kami adalah berita gembira dari Allah, janji-Nya, bahwa tempat kamu adalah tempat yang paling diinginkan makhluk di semesta ini, Syurga. Bahwa kamu lah yang menolong kami di hari penentuan kelak. Kami sangat mencintai kamu, Arman. Tapi bahkan Allah jauh lebih mencintai kamu juga kami.
Hingga detik umi menulis ini airmata selalu mengikuti, umi tak ingin menangis lagi Arman, tapi ada kala airmata yang tak bisa umi kendalikan keluar begitu saja. Hidup kamu singkat, tapi hikmah yang kamu tinggalkan untuk kami untuk seumur hidup. Abi Umi rindu.
Semoga Allah mempertemukan kami dengan kamu di Syurga, Arman...