Clarified

Teringat percakapan beberapa minggu lalu dengan seorang teman yang sedang tertimpa musibah yang bisa dibilang cukup mempengaruhi stabilitas kondisi keluarganya. Sekaligus saya mau klarifikasi beberapa hal yang beredar yang saya dengar dari orang-orang tentang musibah tersebut. Setelah ngobrol-ngobrol, akhirnya saya menarik satu kesimpulan, yang pernah saya alami juga, atau mungkin yang lagi baca ini juga pernah ngalamin :


bahwa terkadang orang lain lebih merasa tau urusan kita daripada kitanya sendiri.


Pernah ngalamin hal kaya gini? Mungkin ada beberapa yang pernah, termasuk saya. Dimana orang lain lebih merasa ngerti kondisi kita ketimbang kitanya sendiri. Dan itu benar-benar menambah kesedihan, karena kita nya sendiri lagi dapat musibah, dan ada segelintir manusia yang merasa berhak menjadi tim penilai dan juru bicara dadakan. Padahal orang yang dapat musibah itu adab nya harusnya dihibur kan ya.


Btw saya bukan nya yang suci2 banget gitu nulis kaya gini, ya karena saya banyak salah juga, jadi pelajaran buat saya supaya lebih ketat lagi dalam menjaga lisan. Mencoba untuk tutup mulut daripada berbicara dalam keadaan ga tau, daripada ngomong berdasarkan katanya si anu. Pun daripada menyebarkan yang ngga2 ngomong aja langsung ke orangnya, klarifikasi, kalo orang nya memang ga mau cerita ya udiiin, berarti itu memang ranah privasi bagi dia. Itu hak orang kan memberi batas pada hal-hal yang dia anggap privasi. Ngapain ikutan rame buka acara Infotainment sendiri :D


Salah satu contohnya pernah saya baca di salah satu instagram Artis Muslimah, gegara dia posting foto dan di foto itu baby nya lagi pake pampers, ada yang komen nyinyir "ibu-ibu sekarang mau nya praktis aja", setdah, padahal bisa jadi itu si Artis mau pergi jalan atau lagi di suatu acara gitu. Tapi ya itu, yang komen merasa lebih tau. Lucu kan.


Saya jadi inget salah satu dialog di film AntiSocial :




Yang lebih menyebalkan adalah aku merasa seperti semua orang mengenalku daripada diriku sendiri. Mereka posting komentar, menilaiku di Social Redroom, sesuatu yang tak seorang pun pernah mengatakan langsung padaku, tapi online, itu sangat mudah. (Sam, AntiSocial)


6 comments:

  1. Setuju Mbak. Sekarang saya juga berusaha mati matian menahan mulut buat gak komen. Pun ketika ada orang yang cerita tentang masalahnya ke saya, bahkan saya gak bertanya sudah melakukan ini itu. Cuma berusaha menjadi pendengar saja. Kalau diminta pendapat baru saya kasih pendapat.

    ReplyDelete
  2. kayaknya filmnya keren yah kak? moga kita terhindar dari yg kyk gtu2 ya.aamiin

    ReplyDelete
  3. Sama bgt mas, lebih baik kya gtu ya. Sy jg sdg brusaha keras utk jaga lisan, apl emak2 ni klo ud ngumpul, godaan omongan bnyk

    ReplyDelete
  4. hahaha..

    "kalo saya sih..
    kalo menurut saya...
    IMHO.."

    kadang2 komen yg menurut kita biasa, nggak mesti diterima baik, tergantung suasana hati juga. jadi harus hati2 mengendalikan ke-sotoy-an kita ya mba ira wkwk... mendingan diem aja deh daripada salah ucap.

    ReplyDelete
  5. Hehe betuul, ke-sotoy-an bisa berujung pd sakitnya-tuh-disini

    ReplyDelete